Quote:Sejak debat capres kedua, ada yang berbeda di layar televisi. Ada kotak persegi kecil di sudut kiri bawah berisi orang yang memperagakan bahasa isyarat. Mereka tampil atraktif dengan tangan gesit dan mimik ekspesif. Bagaimana kisah di balik penerjemah bahasa isyarat itu?Quote:Ini Jurus Penerjemah Bahasa Isyarat Debat CapresSpoiler for Pada penampilan perdana, Winda mengaku sangat gugup saat itu sehingga terjemahaan isyaratnya kurang jelas. Ketika itu Winda lebih banyak menggerakkan anggota tubuhnya yang lain dibandingkan kedua tangannya sebagai media bahasa isyarat.
Namun, pada debat capres berikutnya atau sesi ketiga, Winda mengaku sudah lebih cukup tenang. Kini mereka dibilang lancar lantaran menerjemahkan bahasa isyarat dengan gerakan tangan, jari dan bibir, secepat kata perkata yang meluncur dari para kandidat. Bahkan, terjemahaan isyarat selesainya tak jauh berbeda saat capres-cawapres berhenti bicara. Hanya dalam hitungan detik selisihnya.
Suka duka dialami para penerjemah bahasa isyarat (sign interpreter) pada debat capres-cawapres Pemilu Presiden 2014 ini. Terlebih ketika para capres dan cawapres menggunakan bahasa yang tidak biasa dipakai di masyarakat semisal drone dan tank. Kata bocor yang kerap diucapkan capres secara berulangkali pun juga terus diterjemahkan sebanyak capres-cawapres menyebut kata tersebut supaya penyandang tuna rungu dapat memahami setiap perkataan capres-cawapres.
Namun ujian akhirnya muncul juga. Ketika itu, Capres Jokowi dengan lugas memaparkan gagasannya untuk membeli pesawat tanpa awak atau yang disebut drone. Jokowi lebih banyak menyebut Drone ketimbang pesawat tanpa awak yang rencananya digunakan menjadi bagian alat pertahanan nasional sekaligus mencegah illegal fishing, illegal logging.
Winda yang kebagian tugas saat Jokowi menyebut kata drone mengaku sedikit bingung. Meski sudah belajar tiga hari, Winda tidak pernah mendapati istilah drone tersebut. Alhasil, Winda langsung berimporvisasi dengan menerjemahkan kata drone dengan dieja menjadi huruf perhuruf melalui gerakan tangan dan bibir. "Saya salah waktu itu, drone saya eja D-R-A-W-N, bukannya D-R-O-N-E," aku Winda.
Untuk ilegal fishing, atau pencurian ikan oleh nelayan asing di perairan Indonesia. Winda mengaku tidak kesulitan menerjemahkan karena memang kata memancing ikan dan 'Ilegal' adalah kata yang umum digunakan.
Winda menunjukan bahasa isyarat memancing, yakni dengan memperagakan seolah-olah ia tengah melempar joran, dan dilanjutkan dengan menempelkan jari telunjuk di mulut, seperti isyarat untuk diam.
Saat Jokowi menanyakan perihal Main Battle Tank (MBT) Leopard kepada capres Prabowo Subianto, Winda sempat mengeja satu persatu kata T-A-N-K. Namun mentor yang mengawasinya dari depan langsung mengingatkan perempuan asal Solo, Jawa Tengah itu. Dalam ucapan tank berikutnya ia mengubah ejaan itu dengan bahasa isyarat, yakni dengan mengenggam tangan kanannya dengan jari telunjuk yang diluruskan dan digerak-gerakan ke kanan ke kiri, dengan tangan kiri mengepal di bawahnya.
Begitu juga ketika Prabowo yang berulang kali mengucapkan kata bocor, dengan gerakan tangan diikuti jari, Winda menerjemahkan menjadi gerakan yang mudah dimengerti para penyandang tuna rungu. Meski kata bocor kerap diulang Prabowo, Winda dan teman-temannya terus mengulang setiap kata yang disampaikan para kandidat.
Winda belajar bahasa isyarat sejak aktif di Gerakan Kesejahteraan Tunarungu Indonesia (Gerkatin), Solo pada tahun 2010 lalu. Ia sendiri adalah perempuan normal yang tidak menyandang keterbatasan apa-apa.
Pasca acara debat capres, Winda sempat menerima keluhan dari sejumlah kenalannya penyandang tuna rungu. Mereka mempermasalahkan Winda yang tidak mengenakan pakaian berwarna hitam, pakaian standar penterjemah bahasa isyarat. Kata dia soal penyampaian materi, tidak ada satu pun yang mengeluhkan.
"Baju hitam itu kode etik internasional. Kan pemerintah Indonesia inginnya kita pakai batik karena debat ini acara kenegaraan. Bayangkan, kalau kami pakai baju batik itu akan terlalu tajam, mengganggu mata jika dilihat tuna rungu dari televisi," tuturnya.
Quote:Capres Batuk pun DiterjemahkanSpoiler for TAK hanya sulit mengeja kata-kata sulit yang jarang dipakai di masyarakat, sign intepreter atau penerjemaah bahasa isyarat pada debat capres-cawapres Pilpres 2014 juga harus bisa menjiwai emosi dari capres-cawapres. Tujuannya agar pesan cawapres- cawapres bisa mudah dicerna serta semangat capres-cawapres sampai ke para penyandang tuna rungu.
Salah seorang interpreter dari Gerakan untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia (Gerkatin), Pinky CR Warouw menceriterakan, penerjemah bahasa isyarat debat capres-cawapres, bertugas menerjemahkan kalimat, intonasi, mimik atau ekspresi wajah dari capres-cawapres dan moderator saat menyampaikan pernyataan.
"Untuk capres nomor 1, tugas kami juga harus menyampaikan dengan pembawaan bahasa isyarat yang tegas, karena beliau menyampaikan, bicaranya juga tegas. Yang capres nomor 2 kan pembawaannya kalem, kami sampaikan dengana bahasa isyarat kalem juga. Nggak mungkin orang yang gemulai, kami sampaikan dengan pembawaan yang berapi-api," terang Pinky.
Menurutnya, penerjemah bahasa isyarat juga akan memberikan gerakan bahasa isyarat tentang situasi yang terjadi di dalam lokasi debat, seperti keriuhan para pendukung. Bahkan, hal-hal kecil yang dilakukan oleh capres-cawapres saat debat turut diterjemahkan, seperti saat capres-cawapres batuk atau saat mengeluarkan guyonan.
"Saat ada joke (canda) dari capres di lokasi debat para penontonnya tertawa. Kami juga sampaikan itu. Kan yang tuna rungu menonton di rumah tidak tahu. Kalau kami tidak sampaikan, mereka bertanya-tanya, ada apa ini? Nanti kami salah lagi," ujar Pinky.
Meski demikian ada juga komplain dari masyarakat. Pinky dan dua rekannya antara lain Winda Utami dikira berpihak ke salah satu capres saat menerjemaahkan guyonan capres tersebut."Saya sudah kasih tahu ke KPU, kami ini cermin dari pembicara. Yang penting kami netral. Kan banyak yang dengar, tapi tidak mengerti hal itu," tuturnya.
Quote:Sang PenerjemahMenjalani hidup rupanya tak selalu sejalan dengan rencana. Ada kalanya Tuhan berkehendak lain dan mengarahkan langkah kita menuju jalan yang sama sekali tak terduga. Itulah yang terjadi dengan Pingkan Carolina Rosalia Warouw-Wickiser, Wanita yang akrab dipanggil Pinky ini semula memutuskan pensiun dini dari Pertamina untuk menjadi dive master.
Menurut Pinky, sebenarnya pekerjaan sebagai penerjemah bahasa isyarat ini sangat ideal bagi para warga senior dan pensiunan. Karena mereka punya banyak waktu dan tetap perlu belajar hal baru agar tidak cepat pikun. Namun untuk menjalaninya diperlukan niat dan komitmen untuk melayani. âKuncinya untuk mengerjakan tugas ini dibutuhkan 3P yaitu: passion, pemerhati, dan patient,â ujar wanita yang merasa menjadi orang yang lebih sabar dan mau mengerti orang lain setelah menjadi penerjemah bahasa isyarat.
Winda Utami (Mahasiswa Psikologi UMS dan relawan GERKATIN Solo)
Telah menjadi relawan sekitar 2 tahun. Banyak pengalaman yang bisa diambil dari menjadi penerjamah bahasa isyarat. "Mulai tertarik dan betah dengan mereka para penyandang tunarungu karena mereka seakan terbuka dengan keberadaan saya, memberikan kepercayaan terhadap keadiran saya, mulai sering curhat dan bercanda dengan saya, seakan saya sangat dibutuhkan oleh mereka. Selain itu bahasa yang mereka gunakan sangatlah asyik dan seru untuk dipelajari, tidak sia-sia pula mempelajari itu karena semua dapat membantu apa yang menjadi kekurangan mereka."
Quote:Ini adalah petunjuk alphabet isyarat jari
Sumber :http://www.kaskus.co.id/thread/53b03c9692523397208b46b7