Home » » Kisah Haru Anak-Anak Indonesia

Kisah Haru Anak-Anak Indonesia



Quote:


Sebelumnya Saya Ucapkan Selamat Hari Anak Nasional


Di hari yang berkesan ini tidak lengkap rasanya jika tidak membahas soal tema Anak. Ya.. tapi di Thread ini, saya akan mengupas sisi lain kehidupan anak-anak Indonesia yang jauh dari kata Merdeka. Itu yang saya rasakan, tapi tidak bagi mereka, anak-anak yang tangguh, yang berjuang dengan senyuman melawan pahitnya kehidupan.

Berbakti kepada keluarga khususnya kepada orang tua adalah kewajiban bagi setiap anak. Masa kanak-kanak adalah masa yang paling bahagia bagi kita. Kita bisa bermain-main dengan bebas dan leluasa tanpa beban. Namun beberapa anak di Indonesia berikut ini tidak dapat merasakan hal-hal yang menyenangkan tersebut karena keadaan tertentu. Bahkan kehidupan mereka menjadi kisah yang sangat inspiratif dan patut diteladani bagi semua anak di seluruh dunia.

Berikut 7 kisah haru anak-anak Indonesia:

Quote:


1. Aisyah - Merawat Ayah Di Becak, Medan

Usianya boleh masih sangat muda, yaitu sekitar 8 tahun. Tapi karena kondisi ekonomi yang sangat minim Aisyah harus memikirkan kondisi ayahnya yang sedang sakit selama 2 tahun terakhir. Anak-anak di usia Aisyah harusnya sudah duduk di bangku Sekolah Dasar. Namun Aisyah sama sekali tidaklah memikirkan hal itu. Aisyah harus melewatkan kesehariannya dengan mengurus ayahnya yang terbaring lemah di becak, mulai dari memandikan hingga memberi makan.

Ayah dan anak ini terpaksa menjadi gelandangan semenjak ayah Aisyah menderita penyakit paru-paru akut. Sehingga tidak bisa lagi mencari nafkah. Sementara sang Ibu telah berpisah dengan sang Ayah beberpa tahun sebelumnya. Hebatnya mereka tidak pernah meminta-minta, namun ada saja yang menaruh belas kasihan memberi mereka sedikit uang untuk bekal hidup.

Dengan tubuhnya yang kecil Aisyah mengayuh becaknya tak tentu arah. Mereka sering mampir di emperan Mesjid Raya di jalan Sisingamangaraja, Medan, Sumatera Utara. Karena ramai diberitakan media bantuan dari pejabat kota datang membawa ayahnya kerumah sakit untuk mendapatkan perawatan. Aisyah pun lega karena pemerintah kota Medan berjanji membiayai pendidikan Aisyah sampai sekolah menengah atas (SMA). Kegembiraan Aisyah pun tak dapat di sembunyikan ketika ia mendapat seragam dan peralatan sekolah yang disumbangkan para warga yang bersimpati kepadanya.

Quote:


2. Soni - Putus Sekolah Dan Mengembala Bebek Demi Adik-Adiknya

Memiliki 7 saudara dengan kondisi ekonomi keluarga yang pas-pasan memaksa Soni untuk rela berhenti sekolah. Anak ke-3 dari 8 bersaudara ini memilih untuk mengembalakan bebek yang telah dipelajarinya sejak umur 5 tahun. Setiap pagi Soni mengantarkan adik-adiknya sekolah.Setelah itu Soni pun memulai pekerjaaannya mengembalakan bebek. Bebek-bebek yang menjadi tanggung jawabnya ini harus selalu terjaga agar tidak tercerai berai dan hilang. Ia menggiring kawanan bebek tersebut ke sawah bekas panen untuk mencari makanan. Dan harus menjaga agar bebek-bebek tersebut tidak merusak sawah yang baru ditanami padi.

Selepas mengembala bebek, Soni menghabiskan waktunya untuk mencari tutut atau keong sawah yang banyak hidup di tengah lumpur. Keong ini akan ia jual untuk menambah penghasilannya.Sadar akan kondisi ekonominya yang serba kurang, Soni pun tidak pernah mengeluh. Sehabis bekerja ia menyempatkan memijat ayahnya yang sedang sakit-sakitan. Selain Soni kedua kakaknya pun sudah bekerja sebagai buruh pabrik. Namun penghasilan mereka tetap saja beum cukup untuk memenuhi kehidupan keluarga ini.


Quote:


3. Nanang - Mencari Rebung Untuk Keluarga


Menjadi sulung dari 5 bersaudara membuat Nanang merasa bertanggung jawab atas kehidupan keluarganya. Ayah yang seharusnya menjadi kepala keluarga dan teladan baginya malah tidak pernah memberi nafkah. Tidak hanya itu, Ibunya pun kerap menjadi korban kekerasan
ayahnya. Keadaan inilah yang membuat Nanang bertekad untuk menjaga Ibu dan adik-adiknya dan membawa mereka keluar dari lingkaran kemiskinan.

Setelah selesai memandikan adik-adiknya dan membantu ibu mengurus rumah, Nanang pergi mencari rebung di tepi hutan. Tidak mudah mendaptakan rebung-rebung itu, Nanang harus jeli memilih tunas rebung yang enak dimakan. Belum lagi Nanang harus berhadapan dengan sekawanan semut merah yang biasanya bersarang dibawah timbunan bambu. Ketika rebung terkumpul, Nanang langsung mengupas rebung-rebung itu di hutan agar bulu-bulu gatal pada rebung terlepas dan tidak melukai kulit adik-adiknya.

Diperjalanan pulang Nanang menyempatkan diri untuk mencari keong emas ditepi danau untuk menambah penghasilannya. Di danau ini pula Nanang melepaskan penat dan memakan bekal makanannya yang berupa kepalan nasi sisa kemarin.

Quote:


4. Wina - Membuat Dan Menjual Sapu Lidi

Waktu senggang untuk anak-anak biasanya dihabiskan untuk bermain dengan teman-temannya. Namun tidak bagi gadis kecil yang bernama Wina ini. Wina harus menjauhkan diri dari kesenangan itu, himpitan ekonomi yang menimpa keluarganya memaksa Wina harus mencari uang tambahan agar bisa tetap bersekolah. Sepulang sekolah Wina harus mengerjakan semua pekerjaannya dan tugas sekolah sebelum malam tiba. Rumah gubuknya tidak memiliki listrik dan mereka hanya memiliki sebuah lampu damar untuk menerangi rumahnya di malam hari.

Seperti mengejar waktu, Wina mulai mengerjakan tugas sekolah membereskan rumah dan membuat sapu lidi hingga matahari terbenam. Selain itu Wina juga harus berkeliling menjajakan sapu lidi yang harganya hanya Rp. 3.000,00 dengan perut kosong. Uang yang terbatas membuat Wina dan Keluarganya sering melalui hari tanpa mengisi perut dengan makanan yang cukup.

Quote:


5. Tiga Saudara Pencari Belut Demi Bertahan Hidup


"Kecil cabe rawit" ungkapan ini cocok bagi ketiga bersaudara ini, Kecil-kecil sudah menjadi tulang punggung keluarga. Setiap harinya Soni, Lasma dan Lasih pergi ke sawah yang berlumpur bukan untuk bermain seperti anak yang lainnya. Melainkan mencari belut demi sesuap nasi dirumah. Sesuap nasi bukan hanya sekedar kata khiasan, tetapi ungkapan yang sebenarnya bagi keluarga mereka.

Ayah yang sakit-sakitan di rumah membuat mereka harus membantu sang ibu bekerja dan mencari uang agar mereka bisa melanjutkan hidup. Berbekal air putih untuk menahan lapar dan cacing yang ditangkap untuk umpan belut Soni dan adik-adiknya pergi ke sawah. Dengan instruksi dari Soni, Lasma dan Lasih pun langsung mencari sarang-sarang belut ditengah-tengah lumpur di sawah. Tangan-tangan kecil itu juga harus gesit menangkap belut-belut yang licin dan lincah itu. Seleai menangkap belut, Soni sang kakak menyempatkan diri mencari kayu buangan untuk bahan kerja ayah yang hanya bisa membuat sangkar burung pesanan orang.

Waktu bermain mereka memang terbuang untuk bekerja. Namun Soni, Lasma dan Lasih tetap bahagia menjalani hidupnya.

Quote:


6. Lilis - Bocah Lumpuh Dan Tunawicara Merawat Ayah Di Rumah Sakit


Jika mendengar kisah hidup bocah bernama Lilis ini siapa pun pasti tidak ingin menjalani hidup seperti yang dia alami. Namun Lilis dengan tabah dan tersenyum mengerjakan semua yang bisa ia kerjakan, termasuk merawat ayahnya yang sakit. Lilis terlahir dengan tubuh normal dan sempurna. Namun diusianya yang baru menginjak 1 tahun Lilis mengalami demam tinggi. Ketika itu pula sang ibu harus pulang pada sang Maha Kuasa.Kurangnya biaya hidup membuat Lilis tidak bisa mendapat pengobatan yang bisa menyembuhkan demamnya. Lilis pun akhirnya sembuh dengan sendirinya, kemudian menderita lumpuh dan bisu.

Dengan keadaan seperti ini Lilis hanya bisa bergantung pada nenek yang merawatnya setiap hari. Sang ayah yang diharapkan berada disampingnya pergi entah kemana. Keadaan ayahnya baru diketahui ketika sang ayah tertembak polisi karena mencuri motor untuk biaya menikah lagi. Mendengar ayahnya terbaring dirumah sakit Lilis yang tidak menyimpan dendam itu langsung menawarkan diri untuk ikut merawat ayahnya di rumah sakit. Dengan tersenyum bocah berusia 7 tahun ini merawat ayahnya didampingi oleh neneknya. Lilis sangat senang, ayah yang sudah lama ditunggunya akhirnya kembali disisinya.


Quote:


7. Adriani - Gadis Kecil Mengerjakan Pekerjaan Laki-Laki


Jika memiliki niat untuk berusaha apapun bisa dikerjakan untuk menyambung hidup. Mungkin inilah yang ada dibenak Adriani ketika memutuskan untuk bekerja di pabrik pembuat meja untuk membaca al-qur'an. Di pabrik ini dialah satu-satunya anak perempuan yang jadi pekerjanya yang lainnya adalah laki-laki. Meskipun perempuan Adriani tetap mengerjakan apa yang dilakukan oleh rekan-rekan kerjanya. Seperti menghamplas kayu jati berukir, memoles dan memplitur hingga meja siap pakai.Pekerjaan ini memang tak mudah untuk dikerjakan. Ketika pertama kali mengerjakannya, Adriani sering mendapat komplen dari atasannya. Namun dengan usaha yang gigih, selama 2 tahun hasil kerjanya sudah bisa memuaskan pemilik usaha.

Adriani memang meiliki ibu dan ayah yang masih sehat dan kuat, mereka juga masih bekerja. Sang ibu pembuat tempe gembus untuk dijual ke pasar. Sementara sang ayah bekerja di pabrik pembuat tahu. Namun Adriani meiliki cita-cita untuk menjadi guru. Inilah yang membuat ia gigih bekerja agar bisa membantu orang tuanya membiayai sekolahnya dan sekolah kedua adiknya.


Quote:Itulah kisah haru anak-anak di Indonesia, segala tindakan positif yang dilakukan anak-anak di atas benar-benar bisa kita jadikan pelajaran. Bahwasannya kita harus senantiasa bersyukur atas apa yang telah Tuhan berikan kepada kita semua. Karena jauh diluar sana, masih banyak anak-anak yang kurang beruntung. Tapi dengan segala kekurangannya, mereka menjadikan kekurangan tersebut sebagai kekuatan untuk bertahan hidup di dunia ini.

Semoga perjuangan mereka menjadi Inspirasi bagi anda semua. Saya Ucapkan Selamat Hari Anak Nasional !

Quote:

Spoiler for SumberThread ini disusun sedemikian rupa dari Sumber Referensiyang ada.


Sumber :http://www.kaskus.co.id/thread/53cf10259e7404c1708b4711

Hosting

Hosting
Hosting

TryOut AAMAI

Hosting Idwebhost

Hosting Idwebhost
Hosting Handal Indonesia

Belajar Matematika SD

Popular Posts

Arsip Kaskus HT

 
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger