Home » » Ayo Gan Mulai Sekarang Kita Bawa Bekal

Ayo Gan Mulai Sekarang Kita Bawa Bekal

Saya setiap hari bawa bekal ke kantor gan yang dipersiapkan oleh istri saya tercinta, kalau agan gimana?
ini ada beberapa manfaat membawa bekal

Spoilerfor ayo bawa bekal:

KOMPAS.com - Membawa bekal makanan dari rumah semakin menjadi tren di kalangan warga Ibu Kota. Anak sekolah, pegawai kantor, hingga pejabat tinggi tak ragu lagi menenteng kotak makan ke tempat beraktivitas. ”Ini masakan buatan Mama,” kata Farhana (9), murid kelas III SDN Menteng 01 Jakarta. Di pagi menjelang siang itu dengan sumringah ia memperlihatkan kotak makan plastik berwarna merah jambu berisi nasi goreng dan telur mata sapi.

Farhana merupakan salah satu siswa yang setiap hari membawa bekal makan ke sekolah. Kebiasaan itu sudah dilakukannya sejak duduk di bangku kelas I. Meski ia juga diberi uang saku oleh orangtua dan kantin sekolah menyediakan berbagai menu makanan, Farhana mengaku lebih senang menyantap bekal yang dibawanya dari rumah. ”Lebih sehat (membawa bekal),” katanya.

Kebiasaan membawa bekal juga diterapkan orangtua kepada anaknya. Ny Ade, misalnya, setiap hari menyiapkan bekal untuk putranya, M Ridho (7), yang duduk di kelas I SDN Menteng 01.

”Setiap hari menunya berbeda-beda supaya anak tidak bosan,” katanya. Selain gizi dan keamanannya lebih terjamin, Ade menambahkan, membawa bekal juga bisa lebih menghemat pengeluaran.

Bukan hanya anak sekolah, orang dewasa pun tak segan menenteng bekal dari rumah untuk santap siang. Salah satunya Surya (35), pegawai sebuah perusahaan swasta di Jakarta. Kebiasaan itu sudah dijalaninya sejak sepuluh tahun terakhir. ”Kalau bawa bekal sendiri, tidak bingung lagi mencari menu makan di kantor. Ditambah lagi rasanya pasti enak dan sesuai selera,” kata Surya yang bekal makannya disiapkan sang istri.

Selain itu, membawa bekal dari rumah bisa memaksimalkan alokasi biaya makan dibanding jajan. Ia mencontohkan, sekali makan di warung minimal harus mengeluarkan Rp 12.000. ”Jika digunakan untuk memasak sendiri, jumlah itu bisa untuk dua kali makan,” katanya.

Kebiasaan membawa bekal juga dilakukan pejabat tinggi negara. Contohnya Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Musliar Kasim. ”Mungkin saya satu-satunya pejabat yang membawa bekal nasi dari rumah,” ujar Musliar.

Ia meyakini, kebiasaan itu membawa berbagai manfaat positif dibandingkan dengan membeli makan di luar. ”Apalagi makanan itu disiapkan sendiri oleh istri yang tentunya dibuat dengan kasih sayang,” kata Musliar.

Begitulah membawa bekal makan sendiri memang membawa banyak keuntungan. Yang paling utama adalah hal itu bisa menghindari risiko terpapar makanan tak sehat ataupun berbahaya. Makanan yang dipersiapkan sendiri dari rumah akan lebih terjamin keamanan, kebersihan, dan nilai gizinya.

Spoilerfor kampanye:
Kampanye

Berbagai pihak juga mencoba mengampanyekan gerakan membawa bekal kepada masyarakat luas. Pemerintah bekerja sama dengan Tupperware menggalakkan kampanye Hari Bawa Bekal Nasional untuk siswa sekolah pada 12 April lalu.

Secara terpisah, ada pula kampanye bertajuk Ayo Bawa Bekal yang diinisiasi Publishing 1 Gramedia Majalah untuk umum pada 11 April lalu. Kampanye dimulai dengan acara kumpul-kumpul sekitar 600 karyawan Gramedia Majalah yang makan siang di kantor dengan bekal masing-masing.

Terkait keamanan makanan di sekolah, Kepala Pusat Promosi Kesehatan Kementerian Kesehatan Lily Sriwahyuni Sulistyowati menuturkan, saat ini masih banyak beredar jajanan yang tak aman dan tak sehat. Yang sudah sering terungkap adalah jajanan yang dicampur dengan boraks dan pewarna tekstil sebagai pengawet dan pewarna. Hal ini tentu memunculkan risiko kesehatan tinggi. ”Selain itu, anak-anak usia dini juga sangat rentan terhadap bakteri dan virus yang berasal dari makanan,” kata Lily.

Ia menambahkan, dari hasil survei Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) di 4.000 sekolah pada 2007, ditemukan 45 persen jajanan anak sekolah membahayakan kesehatan. Hal yang mengkhawatirkan lainnya, yakni baru 18 persen anak sekolah yang memiliki kebiasaan membawa bekal makanan sendiri dari rumah. ”Sebanyak 60 persen anak sekolah lainnya diberi uang untuk membeli jajanan,” kata Lily.

Karena itu, kebiasaan membawa bekal harus terus digalakkan, khususnya kepada anak-anak usia sekolah. ”Penanaman kebiasaan itu kepada anak usia kelas I hingga III SD merupakan saat yang paling tepat karena pada usia tersebut anak-anak masih mudah menerima pemahaman dan mengadopsi kebiasaan,” ujar Lily.

Edukasi kepada siswa untuk membawa bekal dari rumah menjadi penting mengingat sebagian besar waktu mereka dihabiskan di sekolah. Saat ini sekitar 30 juta murid SD di seluruh Indonesia menghabiskan waktu 4-6 jam per hari di sekolah.

Sementara itu, kampanye Ayo Bawa Bekal bertujuan mengajak sekaligus memunculkan kesadaran keluarga Indonesia kepada kebiasaan positif ini. General Manager Publishing 1 Gramedia Majalah Hendra Noor Saleh mengatakan, kampanye akan dilakukan setahun penuh melalui sekitar 50 media bersegmen keluarga, perempuan, anak-anak, remaja, dan gaya hidup yang dimiliki Gramedia Majalah.

Hendra mengatakan, selain lebih sehat dan ekonomis, membawa bekal juga bisa memperkuat ikatan keluarga yang saat ini dirasakan kian renggang di masyarakat kota besar.

Jadi, ayo bawa bekal!


Spoilerfor Manfaat Bawa Bekal ke Sekolah (buat anak):
Sekarang, membawa bekal ke sekolah seperti sudah jadi kebiasaan.
Menurut hasil survey yang dipaparkan dalam seminar Indonesia’s Hottest Insight 2013: Understanding The Most Promising Market yang diadakan di The Hall Senayan City Jakarta, 7 Mei 2013, ternyata 56 persen anak-anak membawa bekal ke sekolah.
Temuan tersebut tentu sangat menggembirakan, karena itu menunjukkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya membawa bekal ke sekolah sudah cukup tinggi.
Nesi yakin, angka tersebut akan terus meningkat dengan adanya gerakan Ayo Bawa Bekal dan ditetapkannya Hari Bawa Bekal Nasional , 12 April 2013 yang lalu.
Syukurlah, kalau banyak teman kita mulai menyadari manfaat membawa bekal ke sekolah.
Nah, teman-teman mau tahu, apa saja manfaat membawa bekal ke sekolah?
1. Bekal yang kita bawa, pasti sesuai dengan selera kita. Enggak mungkin, dong, Ibu menyiapkan bekal dengan makanan atau buahan-buahan yang kita tidak suka. Ibu menyiapkan bekal agar kita makan. Oleh sebab itu, Ibu pasti menyiapkan bekal sesuai selera kita dengan porsi sesuai dengan kebutuhan kita. Apalagi, Ibu pasti sudah hafal betul menu-menu masakan kesukaan kita. Soal porsi, Ibu pasti juga sudah tahu, seberapa banyak nasinya, lauknya, sayurnya, buahnya, dan minumnya.
2. Bekal yang kita bawa, pasti dibuat dari bahan makanan yang segar dan sehat. Enggak mungkin, dong, Ibu menyiapkan bekal untuk dimakan anak sendiri dengan memasak bahan-bahan makanan yang sudah tidak layak masak. Ibu pasti memasak dengan bahan-bahan yang masih baru, masih segar, dan sehat.
3. Bekal dimasak dengan cara yang sehat dan ditaruh di wadah yang tepat. Enggak mungkin, dong, Ibu menyiapkan bekal untuk dimakan anak sendiri dengan memasak asal jadi. Pasti Ibu memasak dengan cara-cara yang sehat, bersih, dan sedapat mungkin tanpa membuang gizi yang terkandung dalam makanan. Misalnya dengan cara merebus, mengukus, atau menumis dengan panci khusus tanpa minyak. Selain itu, Ibu juga akan selalu menempatkan bekal makanan pada wadah bekal yang bisa menjamin makanan itu tetap higienis dan enak disantap. Wadah yang bisa menjamin makanan tetap bersih dan higienis itu hanya ada pada produk-produk Tupperware. Sebab, wadah Tupperware yang kedap udara akan melindungi bekal yang kita bawa, sehingga makanan tetap dalam keadaan bersih.
4. Membawa bekal itu hemat waktu. Iya, dong, begitu bel istirahat berbunyi, kita bisa langsung membawa bekal ke ruang makan di kantin dan langsung menyantapnya. Tidak perlu mengantri dan tidak perlu berlama-lama memilih menu makanan. Jadi lebih hemat waktu dan efisien, kan.
5. Membawa bekal, berarti kita belajar menghargai selera makan orang lain. Soalnya, tidak mungkin, kan, bekal kita menunya seragam? Ada yang lauknya semur daging, telur dadar, tahu atau tempe goreng, nugget, bakwan jagung, ikan sambal balado, dan lainnya. Ada yang membawa sup, sayur pecel, tumis buncis, dan lainnya. Dengan menghargai selera orang lain, kita bisa belajar menghargai perbedaan. Dengan menu makanan yang berbeda-beda, kita juga bisa belajar berbagi atau mencoba mencicipi makanan orang lain yang mungkin jarang kamu temukan di rumah. Menurut survey Indonesia’s Hottest Insight 2013, 80 persen dari anak-anak yang membawa bekal, ternyata mereka suka berbagi bekal dengan teman-temannya. Baik berbagi lauk, sayur, atau nasi dengan teman yang membawa bekal, maupun membagi bekal kepada teman yang tidak membawa bekal. Dengan saling berbagi dan mencicipi, pengalaman kita terhadap rasa dan jenis menu makanan menjadi kaya. Selain itu, dengan membagi bekal, kita pun dilatih untuk peduli terhadap orang lain, tidak hanya memikirkan diri sendiri.


Setelah membaca diatas apakah sekarang agan tertarik untuk membawa bekal?

Spoilerfor bonus:



Spoilerfor sumber:
sumber 1
Sumber 2

Sumber :http://www.kaskus.co.id/thread/520de6d9bccb17c672000002

Hosting

Hosting
Hosting

TryOut AAMAI

Hosting Idwebhost

Hosting Idwebhost
Hosting Handal Indonesia

Belajar Matematika SD

Popular Posts

Arsip Kaskus HT

 
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger