SURABAYA â" Sikap keras pemerintah bahwa soal ujian nasional (unas) SMA tidak bocor akhirnya terpatahkan. Berdasar keterangan pihak-pihak yang telah ditangkap dan diperiksa polisi, diketahui bahwa soal unas SMA benar-benar telah bocor dan kunci jawabannya sudah menyebar ke mana-mana.
Naskah soal unas itu bocor karena dicuri. Tidak main-main, pencurian tersebut melibatkan sekitar 70 kepala sekolah (Kasek) dan guru yang bekerja secara terstruktur. Semua adalah Kasek dan guru SMA negeri maupun swasta dari Lamongan.
ââKunci jawaban bukan aslinya. Ini tidak bocor dari pusat. Tapi, ini adalah hasil menjawab sendiri oleh sekelompok guru di Lamongan setelah mereka mencuri naskah soal,ââ kata Kapolrestabes Surabaya Kombespol Setija Junianta Senin (12/5).
Para guru mencuri? Setija menyatakan bahwa itulah kenyataannya. ââPencurian ini dilakukan dengan modus mengelabui polisi yang mengawal proses distribusi naskah soal ketika menuju polsek,ââ terangnya.
Sebelum pelaksanaan unas, naskah soal di setiap kabupaten/kota memang disimpan di mapolres setempat. Dua hari sebelum pelaksanaan unas, naskah soal lantas didistribusikan ke polsek-polsek jajaran. Mekanisme yang sama berlaku di Lamongan. Pada Sabtu (12/4), naskah soal didistribusikan dari Polres Lamongan ke polsek-polsek di seluruh Lamongan.
Distribusi umumnya menggunakan mobil kepala sekolah atau guru. Satu mobil dikawal seorang polisi. Selain itu, ada tiga sampai lima guru yang ikut serta mengawal. Saat perjalanan menuju polsek itulah, naskah soal dicuri. Guru yang turut dalam pengawalan mengajak berhenti polisi untuk makan di rumah makan. Karena yang mengajak adalah guru, polisi pengawal tidak curiga. ââPada saat makan, ada salah seorang guru yang mengambil sebundel amplop naskah soal,ââ papar Setija. Sebundel ampol berisi 20 model naskah soal.
Pencurian tidak hanya dilakukan di satu tempat. Sesuai dengan skenario jahat yang telah mereka susun, agar pencurian itu tidak mencolok, setiap satu tempat (satu rombongan guru) hanya kebagian mengambil satu amplop soal. Lantaran unas SMA mengujikan enam mata pelajaran, pencurian dilaksanakan di enam titik dengan sasaran enam mobil berbeda. Setiap tempat (rombongan guru) mengambil satu naskah soal yang berbeda. Karena itu, ketika dikumpulkan, naskah soal enam mata pelajaran yang mereka dapatkan sudah lengkap.
ââSesungguhnya itu bisa dijawab saat ini. Tapi, kami lakukan gelar perkara dulu dengan Polda Jawa Timur. Yang jelas, naskah soal itu dicuri sekelompok guru,ââ tegas Setija.
Berdasar penelusuran Jawa Pos di Lamongan, kebocoran tersebut tidak terjadi di satu titik. Tetapi, kebocoran itu terjadi di enam titik sekaligus atau sesuai dengan jumlah mata pelajaran yang diujikan dalam unas SMA. Enam titik tersebut adalah Lamongan Kota, Babat, Bluluk, Ngimbang, Kedungpring, dan Karang Binangun.
Di enam titik itu, guru SMA negeri dan swasta saling berkolaborasi. Setiap titik mencuri satu naskah soal sesuai dengan yang disepakati. Misalnya, di Lamongan Kota mereka sepakat mencuri naskah bahasa Indonesia. Jadi, yang dicuri adalah naskah soal bahasa Indonesia.
Naskah tersebut lantas dikumpulkan di dua posko. Yakni, posko Bluluk dan Babat. Di dua posko itu, sudah menunggu puluhan guru terpilih dari SMA negeri dan swasta untuk mengerjakan naskah soal yang sudah dicuri. Karena yang mengerjakan merupakan guru-guru terpilih, pengerjaannya tidak memakan waktu lama. Pengerjaan soal selesai pada Sabtu (12/4) atau saat itu juga.
Jawaban yang dihasilkan tersebut kemudian disimpan dalam bentuk CD dan flashdisk. CD dan flashdisk lantas diberikan kepada semua kepala sekolah yang telah sepakat berkomplot dan berbuat curang. Baik kepala sekolah negeri maupun swasta. ââAlurnya memang dari pencurian, lalu dikerjakan bersama-sama oleh sekelompok guru dan kemudian diberikan kepada kepala sekolah,ââ jelas Setija.
Dari kepala sekolah itu, jawaban digandakan guru-guru yang ditunjuk di setiap sekolah untuk kemudian dibagikan kepada siswa. ââIni sudah direncanakan sangat matang dan sistematis. Ini tidak hanya dilakukan tahun ini, tapi minimal sudah dua tahun. Sebab, tahun lalu ada peredaran kunci jawaban juga,ââ papar Setija.
Lalu, bagaimana nasib naskah soal yang dicuri? Lantaran pencurian itu sudah direncanakan sangat matang, sekelompok guru dan kepala sekolah tersebut membuat alur cerita yang cantik. Begitu naskah soal kembali dihitung di polsek, sekelompok guru telah kongkalikong menjawab bahwa naskah soal komplet. Demikian pula ketika saat pemeriksaan dan perhitungan saat naskah soal diambil dari polsek ke sekolah pada hari H pelaksanaan unas. Padahal, sejatinya naskah itu kurang satu amplop.
Agar ketika dibagikan kepada siswa tidak ada yang kurang, naskah soal yang dicuri tadi dibawa langsung ke sekolah bersangkutan dan disatukan kembali dengan naskah soal lain. ââIni melibatkan banyak guru dan kepala sekolah. Jadi, terlihat seperti tidak ada yang ganjil. Yang jelas, ada cukup banyak guru dan kepala sekolah yang terlibat,ââ ungkap Kasatreskrim Polrestabes Surabaya AKBP Farman.
Kunci jawaban yang disebar di Lamongan dibagikan secara gratis. Tetapi, tidak dengan di Surabaya. Kunci jawaban tersebut dikomersialkan Muhammad Nasrun Abid. Nama itulah yang membawa kunci jawaban dari Lamongan ke Surabaya. Abid memperoleh kunci jawaban dari pamannya yang guru SMAN 3 Lamongan Edy Purnomo. Selain itu, dia dapat dari kerabatnya yang lain, yaitu Wakil Kepala MTs Putra Putri Lamongan Ibnu Mubarrok.
Sebagaimana halnya siswa-siswa di Lamongan, Abid mendapatkannya secara gratis. ââAbid lalu menjualnya kepada Joki Gosok seharga Rp 150 juta,ââ kata Farman. Joki Gosok atau DN Bagus Danil Bimantara merupakan pengedar kunci jawaban di Surabaya. Joki Gosok mengenal Abid dari pengedar sebelumnya, Bung T.
Di tangan Joki Gosok, kunci jawaban dijual kepada siswa di delapan SMAN di Surabaya. Harganya mencapai Rp 25 juta sampai Rp 35 juta untuk setiap sekolah. Jaringan Joki Gosok akhirnya dibongkar anggota Unit Kejahatan Umum (Jatanum) Satreskrim Polrestabes Surabaya saat pelaksanaan unas SMA hari ketiga 16 April lalu.
Joki Gosok dan empat anggotanya kemudian dibekuk polisi di tempat pelariannya di Jogjakarta pada 26 April lalu. Dari penangkapan Joki Gosok, terungkap nama pemasoknya, yakni Abid, dan kemudian berkembang ke penangkapan Edy serta Ibnu. ââDari pengungkapan itu, kami kembangkan. Hasilnya, kami mendapati fakta bahwa kunci itu berasal dari pencurian naskah soal di Lamongan,ââ ucap Setija.
Polisi sudah memeriksa semua yang terlibat. Bukan saja mereka yang mengedarkan di Surabaya, tetapi juga kelompok kepala sekolah dan guru di Lamongan yang mencuri serta menyebarkannya. ââSemua sudah kami periksa. Tapi, kami tidak menahannya. Kami masih harus melakukan gelar perkara dengan Polda Jawa Timur. Yang pasti, pengusutan kasus ini sudah kami tuntaskan,ââ tandas Setija. (fim/c14/nw)
sumur
ANE COBA FLASBACK:
- Awalnya polisi menggerbek 18 siswa SMAN 12 surabaya, ditemukan kunci jawaban yang dibagikan R
Spoiler for Mengamankan 18 siswa: TEMPO.CO, Surabaya - Sebanyak 18 siswa SMA Negeri 12 Surabaya telah diperiksa oleh Kepolisian Resor Kota Besar Surabaya. Pemeriksaan tersebut berkaitan dengan kebocoran kunci jawaban ujian nasional yang beredar di Surabaya.
"Kami masih mengembangkan pemeriksaan, belum bisa ditetapkan tersangka atas kasus ini," kata Kepala Unit Kejahatan Umum Polrestabes Surabaya, Ajun Komisaris MS. Ferry, saat dihubungi Tempo, Jumat, 18 April 2014.
Polisi sudah mengamankan seorang koordinator sekolah berinisial R guna pemeriksaan lebih lanjut.
Ferry mengatakan ada indikasi keterlibatan jaringan joki terbesar di Surabaya dalam kasus ini. Pasalnya, menurut pengakuan R, hampir seluruh SMA di Surabaya menggunakan jasa joki yang sama.
Penyidik akan berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan untuk mencocokkan kunci jawaban asli UN dengan kunci jawaban yang beredar.
Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur Harun menegaskan, kasus ini harus diusut secara tuntas. "Siswa yang terbukti membawa kunci jawaban tidak usah diluluskan, karena telah membocorkan rahasia negara," kata Harun.
Rabu lalu, sekitar pukul 04.00 WIB, polisi menggerebek sebuah rumah di Manukan dan ditemukan beberapa siswa beserta lembaran kunci jawaban. Kemudian, polisi berkoordinasi dengan pihak sekolah untuk memperbolehkan para siswa tersebut mengikuti UN. Akhirnya, selama UN berlangsung, polisi berjaga-jaga di SMA Negeri 12 supaya para siswa itu tidak melarikan diri.
Ferry mengatakan,para siswa tersebut membeli kunci jawaban dari seorang joki seharga Rp 150 ribu per orang untuk semua mata pelajaran. Adapun di SMA Negeri 12 sendiri terdapat 201 siswa. Jadi, nilai kunci jawaban tersebut kurang-lebih sebesar Rp 30 juta untuk SMA Negeri 12. "Nilainya tergantung banyaknya siswa di masing-masing sekolah," ujar dia.
Bila ke-18 siswa yang masih berstatus sebagai saksi itu terbukti bersalah, polisi akan menjeratnya dengan Pasal 322 KUHP tentang pembocoran rahasia negara. Namun, jika tidak terbukti, mereka akan terbebas dari hukum karena menjadi korban penipuan. "Kami masih memburu jokinya," kata Ferry.
- R dicecar Pertanyaan, Menyatakan Membeli kunci dari "Joki Gosok" dengan harga Rp.150rb per lembar. 6 mata Pelajaran Rp.900rb
- R mengatakan tidak hanya SMAN 12 yang menggunakan jasa "Joki Gosok" tapi beberapa sekolah lain
Spoiler for Tidak hanya SMAN 12: SURABAYA â" Peredaran kunci jawaban ujian nasional (unas) tingkat SMA ternyata bukan hanya di SMAN 12 Surabaya. Tapi, peredarannya menyebar merata di banyak SMA di Kota Pahlawan. Tidak terkecuali sekolah-sekolah negeri yang statusnya sekolah favorit dan menjadi jujukan pelajar-pelajar pintar.
âIni memang benar-benar bombastis,â kata Kapolrestabes Surabaya Kombespol Setija Junianta kemarin (18/4).
Kenyataan tersebut didapat polisi dari hasil pemeriksaan intensif terhadap R. R tidak lain adalah siswa SMAN 12 yang berhubungan langsung dengan penjual kunci jawaban yang dikenal dengan sebutan Joki Gosok.
Setelah menghilang dua hari, Jumat dini hari (18/4) R diamankan polisi. Dia diamankan di rumahnya di kawasan Manukan, Surabaya, sekitar pukul 01.00. R saat itu pulang ke rumah setelah di-SMS sang ayah, Rixxy Maki.
Kamis siang (17/4) Rixxy memang mendatangi Mapolretabes Surabaya dan menyatakan bakal membantu mencari anaknya. Pria asal Maluku tersebut akhirnya berhasil mengontak sang anak dan membujuknya untuk pulang. Begitu R pulang, polisi lantas membawa ke Mapolretabes Surabaya untuk dimintai keterangan.
âKami memang telah mengamankan saksi kunci dan sudah mendapat beberapa keterangan darinya. Dia kami amankan setelah bekerja sama dengan orang tua. Statusnya saksi dan memungkinkan kami naikkan statusnya (menjadi tersangka, Red),â terang Setija.
Polisi pun dibuat tercengang oleh pengakuan R. Dia ternyata mendapatkan kunci jawaban secara terstruktur dan sangat rapi dari Joki Gosok. Tidak hanya itu, R juga menyebut bahwa yang memanfaatkan kunci jawaban dari Joki Gosok tidak hanya dirinya. Tapi, ada juga siswa dari sekolah-sekolah lainnya.
âSeperti apa nanti kami jelaskan. Yang jelas sungguh bombastis. Saat ini kami sedang melakukan penyidikan lanjutan untuk membongkar jaringan ini dari keterangan salah satu saksi kunci ini. Kami mohon waktu,â ujar Setija.
Secara kebetulan Jawa Pos bertemu R saat dia istirahat setelah menjalani pemeriksaan panjang. R menyebut bahwa yang menggunakan kunci jawaban dari Joki Gosok tidak hanya dirinya dan kawan-kawan di SMAN 12. âTapi, banyak sekolah lainnya di Surabaya,â ungkapnya.
R mengaku setidaknya ada sepuluh sekolah yang siswanya melakukan transaksi bersama-sama dirinya dengan Joki Gosok. Selain SMAN 12, ada pelajar dari SMAN 1, SMAN 2, SMAN 3, SMAN 4, SMAN 8, SMAN 11, SMAN 15, SMAN 17, serta SMAN 21. R tidak mengada-ada dengan keterangan tersebut. Sebab, dia mengaku pernah dibrifing bersama perwakilan dari sekolah-sekolah itu saat awal semester ganjil (setelah naik ke kelas XII) pada 2013.
Para perwakilan sekolah itu disebut sebagai server. R juga masih mengingat nama-nama server sekolah lain tersebut. Misalnya, server dari SMAN 1 berinisial A atau server dari SMAN 4 berinisial H. âKami bertemu di kawasan SMA kompleks,â akunya.
Dalam pertemuan itu, masing-masing server sekolah diberi penjelasan tentang kunci jawaban yang bakal diedarkan. Joki Gosok meyakinkan bahwa kunci jawaban yang dijualnya valid dan bisa dipercaya kebenarannya.
Tidak hanya itu, Joki Gosok juga menjelaskan harga setiap lembar kunci jawaban. Setiap lembar dihargai Rp 150 ribu. Jadi, untuk enam mata pelajaran, biayanya Rp 900 ribu. Karena pembelinya banyak, dalam satu sekolah bisa terkumpul uang hingga Rp 30 juta setiap satu mata pelajaran.
Penjelasan Joki Gosok tersebut ternyata membuat R dan server sekolah lain terbuai dan sepakat membelinya. âPembayarannya beda-beda. Saya membelinya Rp 25 juta. Sedangkan sekolah lain bisa Rp 30 juta, Rp 35 juta, atau juga Rp 25 juta sama dengan saya,â paparnya. Untuk mengumpulkan uang sebanyak itu, mereka urunan.
Setelah dibrifing Joki Gosok, R memang menjelaskan peredaran kunci jawaban itu kepada rekan-rekannya hingga akhirnya menyebar ke seluruh kelas XII di SMAN 12. Hingga akhirnya ada 201 siswa yang ikut urunan membayar dengan cara mencicil sejak Agustus 2013.
Dari urunan itu, untuk setiap satu mata pelajaran terkumpul uang Rp 30 jutaan. Tapi, hanya Rp 25 juta yang dibayarkan kepada Joki Gosok. Sisanya dimanfaatkan R dan 15 rekannya satu jaringan di SMAN 12 untuk menggandakan kunci jawaban dan biaya operasional lainnya.
Penggandaan perlu dilakukan karena R menerima kunci jawaban melalui e-mail. âSetiap hari saya di-e-mail pukul 03.00 oleh Joki Gosok,â ujarnya. Dari situ kinci jawaban lalu disebarkan kepada beberapa temannya untuk digandakan, lalu didistribusikan kepada siswa lainnya yang ikut urunan.
Distribusi lancar saat unas hari pertama dan kedua. Tapi, pada hari ketiga, polisi berhasil membongkarnya. Saat polisi membongkarnya, R berhasil kabur. Selama dua hari dia berpindah dari satu rumah ke rumah teman lainnya. âMasih di daerah Manukan dan Simo,â katanya. R memutuskan pulang setelah diminta sang ayah.
Keterangan R tersebut membuat polisi semakin memperoleh jalur untuk membongkar jaringan pengedar kunci jawaban tersebut. Kini polisi intensif memburu Joki Gosok dan Bung T. Nama Bung T ternyata bukanlah kaki tangan Joki Gosok. Sebaliknya, Bung T disebut sebagai atasan Joki Gosok.
Selain memburu dua nama tersebut, polisi terus melakukan komunikasi dengan institusi pendidikan. Termasuk Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Polisi ingin melakukan kroscek kunci jawaban yang mereka sita dari pelajar SMAN 12. Di setiap kunci jawaban itu, memang terdapat kode pertanyaan 1 sampai 4 dari 20 model soal.
âKami mau meminta petunjuk menteri terkait kroscek tersebut. Rencananya, besok Pak Nuh (menteri pendidikan dan kebudayaan, Red) bakal bertemu kami untuk membicarakan hal ini,â jelas Setija. (fim/c6/nw)
- Polisi bergerak cepat mengamankan para "Joki Gosok"
Spoiler for Mengamankan Joki Gosok: KOMPAS.com - Lima mahasiswa dibekuk polisi karena diduga sebagai joki kunci jawaban Ujian Nasional (UN) di Surabaya. Penangkapan kelima mahasiswa itu adalah hasil pengembangan dari kasus dugaan kebocoran kunci jawaban UN di Surabaya yang melibatkan sejumlah siswa peserta.
Kelima mahasiswa asal Surabaya itu dibekuk tim khusus Polrestabes Surabaya di sekitar alun-alun Jogjakarta, akhir pekan lalu. Polisi juga mengamankan uang diduga hasil penjualan kunci jawaban UN sebesar Rp 207 juta.
"Pergerakan kelima mahasiswa ini terus dipantau, mereka berpindah-pindah tempat dari Bandung, Malang, dan berhasil ditangkap di Yogyakarta," kata Kanit Jatanum, Polrestabes Surabaya, AKP Solihin Fery, Senin (28/4/2014).
Kasus ini akan terus dikembangkan karena polisi masih mengejar seorang yang diduga otak dari jaringan ini. Dari total uang yang didapat para joki tersebut, separuhnya akan disetor ke otak jaringan tersebut.
"Kelima joki itu bertugas mencari siswa yang membutuhkan kunci jawaban. Selama beroperasi sejak sebelum UN SMA, mereka sudah merekrut delapan sekolah SMA di Surabaya," ujarnya.
Dua siswa dari delapan sekolah di Surabaya itu, diamankan polisi usai mengerjakan UN hari terakhir, 16 April lalu. Pemeriksaan berlanjut dengan pemeriksaan belasan siswa sekolah peserta UN dari tujuh sekolah yang diduga memanfaatkan jaringan tersebut.
- "Joki Gosok" mengaku mendapat kunci dari A. Mahasiswa asal Lamongan
- Polisi Mengamankan A, dan Menyatakan telah menjual Kunci Yang diberikan oleh pamannya E, Seorang Guru SMAN di kota Lamongan.
Spoiler for Pengakuan tsk A: Surabaya - Setelah menangkap lima pelaku kasus jual beli kunci jawaban soal Ujian Nasional (UN), polisi menangkap lagi seorang pelaku. Satu pelaku tersebut ditangkap di rumahnya di Lamongan.
Dia adalah Muhammad Nasrun Abid, mahasiswa semester akhir Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS). Abid ditangkap Minggu (27/4/2014) malam.
"Pelaku masih kami periksa," kata AKP MS Fery kepada wartawan, Senin (28/4/2014).
Kanit Jatanum Polrestabes Surabaya itu mengatakan, Abid berperan sebagai penyuplai kunci jawaban di dala jaringan Joki Gosok. Kepada petugas, Abid mengatakan bahwa semasa bersekolah di SMAN I Lamongan, dia juga menjawab soal UN menggunakan kunci jawaban.
Abid mengaku kunci itu disediakan sekolah dan gratis. Saat itu, kata Fery, sesuatu hal yang biasa menggunakan kunci jawaban saat UN berlangsung. Di tahun 2012, Abid juga menyalurkan kunci jawaban secara gratis.
"Tujuannya saat itu untuk membantu siswa yang sedang UN," lanjut Fery.
Namun tiba-tiba, dia mendapat uang terima kasih. Sejak itulah, setiap menyalurkan kunci jawaban, Abid selalu memasang harga. Di jaringan Joki Gosok, Abid sendiri mendapat upah Rp 75 juta. Dari situ, polisi mengorek keterangan Abid tentang dari mana kunci itu berasal.
"Pelaku mengaku jika kunci jawaban itu diperolehnya dari seorang guru SMAN 3 Lamongan bernama Edy," ujar Fery.
Dan Edy, kata Fery, masih mempunyai hubungan saudara dengan Abid. Edy adalah paman Abid. Setelah mendapatkan kunci jawaban, Abid segera menyerahkannya kepada Joki Gosok.
"Kami masih memburu pelaku lain," tandas Fery.
Seperti diketahui, lima pelaku kasus jual beli kunci jawaban soal UN diamankan. Mereka diamankan di alun-alun utara Yogyakarta. Mereka adalah mahasiswa perguruan tinggi swasta di Surabaya.
Mereka adalah DN Bagus Danil alias Joki Gosok (20), Brian Dwiky alias Ambon (19), Ahmad Tri Sutrisno alias Oni (19), Alfian Sudarsono (19), dan Hidayatullah alias Dayat (20).
- Polisi Mengamankan E dan Jelas Asal Muasal kunci tersebut.
sumur:
Sumur1
Sumur2
sungguh miris gan
Tenaga pengajar yang harusnya menjadi contoh malah kayak gini kelakuannya.
Mau dibawa kemana Generasi Indonesia Kedepan?
APA YANG SALAH DALAM SISTEM PENDIDIKAN KITA?
Efektifkah Ujian Nasional dilaksanakan?
Mari ikut kasih masukan. kita mention bareng2 ke MENDIKNAS
Share Jika agan2 Masih Peduli pendidikan di Negeri Ini..
Cerita kaskuser Lain ->Link
**jika berkenan, bagi cendol dan rate 5 nya ya gan**
Sumber :http://www.kaskus.co.id/thread/5372f378fbca176b188b48de