Home » » Begini Caranya Supaya Stasiun TV Kita Ga Bikin Acara Konyol Lagi

Begini Caranya Supaya Stasiun TV Kita Ga Bikin Acara Konyol Lagi

Quote:Semoga gak
Quote:Ayo gan terus dan timpuk trit ini biar jadi HT dan menyadarkan kita semua!



Quote:Lets Move It



Industri TV memang aneh.

Fakta bahwa mereka hidup dari rating karena pengiklan berpatokan kepada rating membuat tindak tanduk stasiun TV jadi aneh aneh demi ditonton orang.

Sebenarnya, penonton TV itu seperti Piramid terbalik. Yang paling banyak nonton adalah yang merupakan kelas ekonomi bawah. Artinya ketika sebuah acara TV ratingnya bagus, maka itu bukan menandakan program tersebut banyak ditonton orang, tapi menandakan bahwa program TV itu banyak ditonton oleh masyarakat kelas bawah.

Sistem survey Nielsen Media Research juga disesuaikan dengan strata ekonomi para penonton TV. Misalnya, dari 100 responden, 50% adalah dari strata ekonomi bawah, 30% ekonomi menengah, 20% ekonomi atas. Mengapa angkanya tidak rata, karena kenyataannya memang yang nonton jumlahnya tidak rata. Kalau angkanya dibuat sama, maka hasil risetnya tidak akan akurat menggambarkan kenyataan di lapangan

Itulah mengapa banyak program TV yang terpaksa di “Dumb it down” atau dibikin “goblok” demi mendapatkan perhatian masyarakat kelas bawah.

Lucunya, atas alasan pencitraan, sejumlah stasiun TV mengaku kepada saya mereka butuh program program kelas menengah ke atas. Stasiun stasiun TV ini mulai kewalahan menyuguhkan program program TV kelas bawah karena iklan yang masuk akhirnya untuk masyarakat kelas bawah yang notabene bukan perusahaan besar dan kurang mampu bayar mahal. Sebagai ilustrasi, anda tidak akan pernah melihat iklan BMW di Indosiar.

Namun TV dengan sasaran penonton kelas menengah ke atas juga kewalahan karena iklan iklan tidak ada yang masuk, pengiklan tidak mau pasang di TV tersebut karena penontonnya sedikit.

Harusnya pengiklan tidak memasang iklan dengan ditentukan dari berapa banyak orang yang menonton, tapi siapa yang menonton.

Quote:Saya jadi ingat Dave Chappelle, yang setelah punya reputasi hebat sebagai Stand-Up Comedian ditawarin membuat program TV The Dave Chappelle Show.

Setelah 2 season yang super sukses, thn 2005 Viacom sebagai induk perusahaan Comedy Central menawarkan kontrak season 3 & 4 sebesar $ 55.000.000,- atau sebesar Rp 550 milyar. Sekadar info, 1 season adalah 13 episode. Untuk acara mingguan maka artinya 2 season itu tayang sepanjang 6 bulan kurang lebih.

Dave Chappelle menolak kontrak tersebut, dan bersama anak istrinya pindah ke Afrika untuk hidup tenang sebelum akhirnya kembali ke Amerika Serikat.

Pertanyaanya kemudian, mengapa Dave meninggalkan uang begitu banyak?

Jawabannya, terselip di panggung ketika dia sedang dalam pertunjukan Stand-Up Comedy di 2004. Salah satu penonton sepanjang malam nge-heckle Dave (heckle atau heckling adalah ketika ada penonton yang sepanjang pertunjukan teriak teriak mencoba menarik perhatian komika yang di atas panggung). Heckler tersebut teriak berulang ulang ”Im Rick James, Bitch!”. Sebuah kalimat terkenal (catch frame) dari acara The Dave Chappelle Show.

Dave kesal, kemudian pergi meninggalkan panggung. Beberapa menit kemudian dia kembali ke atas panggung dan berkata..

“You know why my show is good? Because the network officials say you’re not smart enough to get what I’m doing, and every day I fight for you. I tell them how smart you are. Turns out, I was wrong. You people are stupid”

Tahun 2005 Chappelle memutuskan tidak mengambil kontrak yang ditawarkan Viacom. Dave menyatakan tidak suka dorongan kreatif program TVnya diarah arahkan demi rating. Dave bilang harusnya program tersebut formatnya seperti film mini, tapi viacom inginnya dibuat sketsa seperti yang terjadi di season 1 dan 2. Tentunya atas permintaan viacom. Dave merasa penontonnya cukup cerdas untuk memahami komedi yang ditawarkannya, stasiun TV berpikir sebaliknya, mereka merasa penonton TV kebanyakan ekonomi bawah dan tidak apresiatif terhadap hal hal yang cerdas.

Masalah Dave, adalah masalah semua orang juga di Indonesia. Provocative Proactive-pun berubah format dari talkshow dan news menjadi banyak sketsa. Katanya “Lebih seru, penonton lebih suka..”

Quote:Pada satu kesempatan, saya pernah berbincang dengan Pak Jose Rizal Manua, pimpinan Teater Tanah Air. Pertunjukan teater di mana pemainnya adalah 100% anak anak. Beliau bersama TTA pernah meraih juara pertama pada Festival Teater Anak-anak Dunia ke-9 di Lingen, Jerman tahun 2006. Pulang ke Indonesia, beliau menawarkan pertunjukan tersebut untuk ditayangkan di TV. Seluruh stasiun TV jawabannya sama: “Penonton nggak ngerti dikasi beginian”.

Pak Jose bertanya balik “Kok bisa nggak ngerti? Wong ini bisa jadi juara dunia di depan penonton jepang, jerman, inggris, dan negara negara lain sementara bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia. Orang asing yang ga bisa bahasa Indonesia aja ngerti bahkan jadi juara, kenapa rakyat Indonesia sendiri dibilang ga ngerti?”

Sayang, stasiun TV tetap pada pendiriannya. Suguhan teater juara dunia ini tidak ditayangkan.

Pertanyaannya kemudian, siapa yang bisa bawa perubahan kepada stasiun TV?

Semuanya.

Penonton harus menuntut program yang lebih baik.

Pemerintah sebaiknya buat UU utk menjamin tayangan TV berkualitas (di Belanda, pemerintahnya mewajibkan semua stasiun TV menayangkan program dokumenter sebanyak 20% dari total program mereka)

Klien harus mulai lebih berani dalam mengambil keputusan periklanan. Yang ini pergeserannya sudah mulai terlihat.

Nielsen Media Research harusnya ada yang mengawasi, seperti di luar negeri, lembaga lembaga rating diawasi oleh lembaga Independen. Ini penting mengingat NMR adalah pemain satu satunya saat ini di Indonesia. Ada sih pemain lain tapi tidak jadi hitungan. Seperti Cineplex 21 dan Blitz Megaplex. Mereka bersaing? Come on, be real. Its still a monoply.

Power tends to corrupt, absolut power corrupts absolutely.

Pertanyaan besarnya harusnya ditanyakan kepada seluruh rakyat Indonesia, apakah benar tuduhan Dave Chappelle..

Are we all dumb?

If we are, we need to change it.

If we are not, we need to prove it.

Lets move it.

Sumber
Quote:Bisa dibilang thread ane ini counter dari petisi2 tolak YKS dll yg rame beredar. Karena menurut ane (dan menurut bang Pandji) perubahan BUKAN dari sisi stasiun tv tapi juga dari KITA SEBAGAI PENONTON TV. "Lets Move It!"

Toh masih ada juga kok stasiun TV yang BERKUALITAS. Seperti ini nih..
Spoiler for Stasiun TV Berkualitas:



Spoiler for Komen keren kaskuser: Nih komen2 agan2 yg memandang kalo perubahan berada pada kita si penonton TV.
Quote:Original Posted By hanif48 â–º
Calon HT nieh

Ada benarnya juga gan.
Sebenarnya perusahaan pertelevisian cuma ngikutin selera masyarakat saja
Dan kebetulan masyarakatnya malah suka yang gak bermutu dan mengandung pendidikan
Jadi ya bisa disimpulkan sendiri
Yuk, jadi penonton yang menuntut lebih.
Otak penonton indonesia mulai tumpul kalo caranya begini terus.
Untung ane kaskuser, jadi gak terlalu ngefek dipikiran akibat acara acara ndak mutu di TV


Pekwan jika berkenan

Quote:Original Posted By jubaedin â–º
hak mendapatkan tayangan berkualitas telah dirampas oleh kaum kapitalis dengan alasan rating, btw saya setuju masyarakat harus mulai bersikap, tidak bisa kita dijejali oleh kemunafikan tayangan sinetron, infotainment, berita yg isinya konflik, bad news it's good news. agan sekalian liat zaman pak harto sangat jelas bahwa televisi dahuku dijadikan alat sebagai menunjukan kebanggaan terhadap negera. sekarang bondong2 televisi menunjukan kezaliman. pls pejwan gan

Quote:Original Posted By bomberbomb â–º
Industri pertelevisian indonesia memang semakin bobrok,

Bukan hanya sinetron yang menjadi ‘pencoreng’ wajah pertelevisian Indonesia. Infotaiment misalnya, program ‘abal-abal’ yang hanya mempertontonkan kegemerlapan dunia keartisan. Bahkan mencongkel hingga titik paling dalam kehidupan seorang artis. Reality Show, bahkan Ajang Pencarian Bakat sekali pun saat ini sudah dimanipulasi dan membohongi publik demi mendapat ratting teratas. Tidak pantas rasanya jika pemerintah mengorasikan kebebasan hak anak/remaja dalam menerima pendidikan yang pantas jika anak-anak masih leluasa menonton tayangan yang tidak mendidik.

Kendati banyaknya tayangan tidak mendidik di Indonesia, kita mesti membuka mata lebih besar. Ternyata masih ada program atau tayangan yang santer membuka pikiran masyarakat Indonesia. Sebut saja “Kick Andy”, “Mata Najwa” ataupun “Indonesia Lawyers Club”, program ini juga didukung oleh kemampuan pembawa acaranya yang memumpuni, sekelas Najwa Shihan, Andy F. Noya, dan Karni Ilyas.

Quote:Original Posted By yo5dgl â–º
Betul. Dan pembelaan dari YKS yang menyatakan karena ratingnya tinggi juga menunjukkan hal itu. Bahkan sekrang stasiun TV lain juga kegatelan membuat acara yang sejenis. Penonton kita belum cerdas. Tidak hanya cerdas dalam hal intelektual tetapi juga belum cerdas memilih tayangan mana yang bermutu yang berguna bagi kehidupannya. Siaran TV hanya dianggap sebagai hiburan semata tidak kurang dan tidak lebih.

Quote:Original Posted By inboy â–º
selama ini saya pikir cuma saya yg berpikiran begitu tapi ternyata banyak kaskuser yg berpikiran sama bahkan bang pandji juga.
saya selalu mikir kok tontonan untuk orang Indonesia ini acara goblok2an semua.
bukan menghina, contohnya aja OVJ, dari sisi menghiburnya hambar sekali,
lucu2annya juga cuma bego2an wayangnya aja, terus udah tau ini tontonan untuk semua umur tapi wayangnya anggap OVJ itu tontonan dewasa (suka berperilaku/berkata kearah porno, dan suka rayu2an yg pake kata2 bapakmu tukang.....).
Ada juga tontonan FTV, kata kakak saya sih bukan sinetron. Tapi menurut saya lbh parah dari sinetron, ceritanya selalu tentang orang kaya yg pacaran sama orang miskin, mungkin sama supir, sama pengamen, atau pengantar pizza. Di kehidupan nyata itu semua bullshit dan ceritanya cuma dongeng anak sebelum tidur.

Saya jadi pengen tau seberapa besar rating untuk acara semacam Laptop Si Unyil, atau acara How To Make A Thing (O Channel).
Siapa yg menonton acara tersebut? Anak2 sekolah atau justru kaum muda intelek?

Bisa kita hitung sendiri deh, dari sekian banyak stasiun TV berapa persen konten pendidikan dan pengetahuannya?
Dan berapa persen konten gosip dan selebritas?
Kita bisa perkirakan sendiri seperti apa pola pemikiran masyarakat kita, dan secara tidak langsung stasiun TV yang mewakili pemikiran sebagian besar masyarakat Indonesia.

Saya gak tau lembaga mana yg berwenang mengatur konten acara stasiun2 TV.
Saya pernah kirim email ke lembaga penyiaran Indonesia (LPI) agar perbanyak acara2 yg mengandung pendidikan.
Tapi gak ada hasilnya tuh, mungkin karena bangsa kita udah terbiasa segala sesuatunya demo, maka hal penting yg seharusnya jadi masalah negara ini juga harus didemo.

Apakah mau negara ini menjadi negara goblok karena setiap hari anak2 bangsanya dijejalin acara2 goblok?
Tawuran dimana2 (bukan cuma anak sekolah loh, tapi juga warga yg tawuran),
Kemacetan dimana2 (tapi ngotot pengen mengadakan mobil murah),
Banjir dimana2 (tapi warga, bahkan anak2 sekolah yg setiap hari diajarkan agar tidak buang sampah sembarangan, masih juga buang sampah di KALI).
Fanatisme yg digede2in, toleransi cuma omong kosong (bahkan lucunya tokoh yg suka berpikiran rasis pengen jadi presiden dan didukung pula oleh konco2 rasisnya)

Anak2 yg pintar dan berprestasi pasti porsi ketergantungannya terhadap TV sangat2 kecil, kebanyakan mereka sukanya membaca buku, browsing internet, ya intinya mereka lbh suka membaca.
Dibanding sama anak2 bandel yg blh suka menghabiskan waktunya di depan TV, main PS atau game online.
Ada thread yg menyebutkan kalau hasil survei masyarakat Indonesia ini bukan bangsa yg gemar membaca, jaman sekarang anak2 dan masyarakat umumnya jarang ada yg membaca, selain klo mau ujian.
Seharusnya TV bisa mengakomodir kebutuhan itu, tapi nyatanya malah kebalikannya.

Tapi yah mau bagaimana lagi, masyarakat Indonesia lebih suka mengikuti tren.
Beberapa tahun lalu lagi booming blekberi, semuanya pada beli.
Sekarang (meskipun bisa kita bilang sangat2 telat) lagi booming android, semuanya pada migrasi.
Itulah bukti pemikiran masyarakat kita.
Mungkin klo dibikin tren membaca dan menonton konten pintar, negara kita bisa lebih baik.

Bagaimana Indonesia bisa menjadi macan asia?
Pemerintahnya sendiri cuma sibuk memperkaya dan memintarkan keturunannya sendiri, bukan memperkaya dan memintarkan seluruh masyarakat Indonesia.
Bagaimana Indonesia bisa menjadi seperti Cina, Jepang atau Korea Selatan? Menjadi seperti Singapura aja rasanya gak mungkin klo kualitas hidup dan pendidikann masyarakatnya begini2 aja.

TV memegang peranan penting bagi kemajuan bangsa dijaman sekarang, selain internet.
Pemerintah sibuk blokir sana, blokir sini cuma buat internet.
Tapi untuk konten TV yg notabenenya terjangkau semua golongan bahkan kelas bawah, gak ada sensor2an, tetep aja konten bodoh yg ditayangin.

DONE !!!!

Quote:Original Posted By eventdie69 â–º
stasiun tv kita ngikutin minat masyarakat. Kalo masyarakatnya cerdas mungkin gak akan bertahan lama acra-acara yang gak berkualitas.


Quote:Original Posted By ovovi â–º
Setuju sama thread di atas.
kalu kita lihat ga bisa kita langsung menyalahkan channel TV secara sepihak. Sebagai penonton kita juga harusnya lebih mengerti isi dari acara tersebut kata ane mending awasi adik-adik atau anak-anak kita kalau lagi nonton tv.

Quote:Original Posted By didooooot â–º
bener bgt
ane setuju sma pmikiran pandji yg emg ane liat sgt ingin indonesia maju

skrg kt sbgai masyarakat hrs menunjukan kekuatan yg kita punya
yaitu dari diri sndri utk bs memilih program yg baik bagi hiburan kt

ane juga yg salah adalah dari penikmat acara tv itu sndri

jadilah masyarakat yg cerdas dlm memilih

Are we all dumb?
If we are, we need to change it.
If we are not, we need to prove it.
Lets move it .

Quote:Original Posted By zorndaike â–º
lebih baik langganan TV berbayar saja, bukan maksud sombong, tapi demi keselamatan moral juga, yg berbayar acaranya selektif, tidak alay, kalo mau edukasi pasti nonstop, hiburan seperti film juga bagus, mau acara anak2x tinggal setel kapan saja.

Bahkan temen ane sangat extrim, tidak memasang antena dan program tv nya dibiarkan blank, jadi kalo nonton tv hanya dari video atau komputer saja.
Katanya mumpung anak2xnya masih kecil, jadi tidak terkontaminasi pada bagian dasar.

kalo semua orang begini saya yakin acara2x seperti itu akan hilang dengan sendirinya tanpa kita perlu memaksa mereka utk mengehentikan acaranya.

Quote:Original Posted By le.kemuel â–º
nonton lah acara yang berkualitas !!

Quote:Original Posted By vickie â–º
setuju ama bang panji,
kadang mereka mengatasnamakan "hiburan".. Mulai dari joget2 ga jelas, guyonan kasar, presenter norak... justru yang mereka lakukan malah memperbodoh masyarakat.
sekarang tergantung masyarakatnya, mau dibodohi ato enggak?

Quote:Original Posted By mrsnoo86 â–º
Setuju banget ane sama bang Pandji

Harusnya kita yg cerdas dan kritis terhadap acara TV. bukannya kita itu kayak Kebo dicucuk idungnya he eh he eh manggut2 kemana dibawa.

udah 3 tahun ane gak nengok tipi. mendingan YouTube dah. bebas puas kita mau liat apa.

Quote:Original Posted By PiC_niCk â–º
MIRIS sekali di saat mereka lbih memilih hiburan yg membuat mereka senang/tertawa yg tanpa mereka sadari dampak buruk untuk moral n pendidikan anak2 nantinya,,di banding acara2 edukatif/informasi yg menurut mereka membosankan/gak penting,,padahal,,itu mencerdaskan anak2 mereka kelak,,,


kl ada yg teriak "gak suka pindahin aja chanelnya,matiin aja tv nya" itu berarti mereka yg tdk cinta indonesia karena mereka gak peduli sama generasi berikutnya

Quote:Original Posted By sempakemas â–º
bener tuh
ane setuju banget

lebih bagus contoh nya seperti ini gan:

"masyarakat menghujat para station tv karena acara nya kurang beredukasih, tapi giliran dikasih tv edukasi malah gak di tonton"

Quote:Original Posted By fixier â–º
turut berduka buat pertelevisian nasional..
perubahan dimulai dari diri sendiri untuk ga nonton acara sampah kemudian mulai mengedukasi keluarga dan teman2 dengan tontonan sehat...
konkretnya. tv ane cuma ada chanel kompas, net, metro, tv one, global,
kalo mau nonton pelm tinggal cari bajakannya hehehe
nonton bola ke tetangga yg pasang kabel tv
insyaallah keluarga ane aman

Quote:Original Posted By franza23 â–º
Ane setuju gan. Kalo menurut ane,emang bobroknya pertelevisian tanah air itu bukan 100% salah stasiun TVnya. Tapi juga karena bobroknya sistem pendidikan dalam masyarakat sehingga mempengaruhi tingkat intelektual masyarakat dalam menangkap informasi.

Kalo menurut ane,seharusnya pihak televisi bisa lebih terlibat untuk bekerjasama dengan pemerintah dan pihak-pihak yg punya andil dalam bidang pendidikan. Bukan hanya semata-mata mencari keuntungan hanya melalui rating. Untuk hal ini pihak televisi dan pemerintah harus mengesampingkan kepentingan politik masing-masing pihak (apalagi sekarang banyak stasiun TV yg jadi alat politik)

Jadi intinya,ayo kita majukan pendidikan di tanah air kita. Jangan cuman banyak teriak tanpa mau bergerak. Jangan menginginkan perubahan tanpa melakukan perubahan.



Quote:Original Posted By trijee â–º

kita kembali ke pada sudut pandang pemirsanya saja...
mau jadi penikmat sederhana atau penikmat yang bermartabat



Quote:Mampir ke thread ane yang lain gan.

[PIC] Inilah Ratu Atut Chosiyah, Kim Kardashian asal Banten HT#1
Andai Kantor Kita 30 km dari Rumah . . . HT#2
[PIC] Panorama Indonesia yang Sering Diposting Oleh Akun2 Twitter Foto Worldwide HT#3
[Ngakak] COCOKLOGI. Teori yg Mncocok2an Semua Hal dgn Konspirasi Wahyudi dkk. +PIC!
Sepuluh Jembatan Berbahaya di Indonesia Ala Indiana Jones. Kemana Pemerintah?
Lebih Dekat dengan Para NewsAnchor Net TV yang Bening-Bening ++PIC
Tepat Setahun yg Lalu, Jakarta Heboh Diguncang Banjir Hebat. Kok Tahun Ini Belum?

Sumber :http://www.kaskus.co.id/thread/52c66f7f0e8b46e8660000ca

Hosting

Hosting
Hosting

TryOut AAMAI

Hosting Idwebhost

Hosting Idwebhost
Hosting Handal Indonesia

Belajar Matematika SD

Popular Posts

Arsip Kaskus HT

 
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger