Home » » Mengenang 25 Tahun Tragedi Hillsborough

Mengenang 25 Tahun Tragedi Hillsborough

WELCOME TO MY THREAD

Semoga Tidak Repost
Spoiler for Bukti No Repsol:



Spoiler for Sebelumnya: CTRL+D dulu gan

TS sangat berharap dengan siraman atau dari agan-agan
Dan tidak menerima

Quote:Apa Itu Tragedi Hillsborough?

Tragedi Hillsborough adalah tragedi yang mengakibatkan kematian para penonton sepak bola karena saling berjejalan pada tanggal 15 April 1989 di Hillsborough, yang menjadi kandang dari Sheffield Wednesday di kota Sheffield, Inggris. Peristiwa tersebut mengakibatkan 96 orang meninggal dunia yang semuanya adalah pendukung Liverpool F.C.). Jumlah korban meninggal tersebut tercatat sebagai jumlah tertinggi dalam kecelakaan di stadium dalam sejarah Britania Raya dan tetap menjadi rekor tragedi terbesar yang berhubungan dengan stadion sepak bola di Britania Raya.

Pada saat itu adalah pertandingan semi final Piala FA yang mempertemukan Liverpool dan Nottingham Forest. Tragedi Hillsborough adalah peristiwa kerusuhan fans di stadion kedua yang melibatkan Liverpool F.C., setelah Tragedi Heysel pada 1985.


Quote:- Kronologi -
Hillsborough, Sheffield 15 April 1989
Sekitar 15.000 suporter travelling fans berangkat lebih awal dari Liverpool dan berbondong-bondong menuju stadion Hillsborough, Sheffield. Mereka datang guna mendukung Liverpool yang akan segera menjalani partai semifinal piala FA 1989 menghadapi Nottingham Forest. Sabtu pagi yang cerah membawa atmosfer yang bagus dan semangat menggelora ditunjukkan para suporter untuk. Mereka tak mempedulikan bagaimana cara mereka datang ke Sheffield. Apakah menggunakan bus atau kereta api. mendukung Liverpool. Yang pasti semua supporter menggambarkan hari sabtu itu seperti hari karnaval. Hari itu, semua jiwa bersatu untuk mendukung Liverpool. Namun nampakanya semua akan berubah hanya dalam 1 jam saja. Liverpool pada saat itu diprediksikan akan dapat mengalahkan Nottingham Forest yang menjadi pesakitan tahun sebelumnya di tempat yang sama. Tiket pertandingan di Hillsborough yang biasanya tidak terjual habis, khusus hari itu, Liverpool yang menjadi alasan tiket terjual habis. Namun kacaunya panitia tidak memperhitungkan jumlah fans Liverpool yang datang dengan tempat di mana supporter Liverpool kelak ditempatkan. Tempat di mana akan menjadi saksi sejarah tragedi sepakbola terbesar di Inggris. “Ladang Kematian“ bernama The Lapping Lane. Panitia mengalokasikan kapasitas tempat untuk 14.000 ribu tribun berdiri di Lapping Lane yang notabene satu-satunya tribun kecil di sana. Yang lebih tidak masuk akal lagi, Polisi memilih memilih Spion Kop End yang memuat sekitar 21.000 orang untuk menampung supporter Nottingham. Logikanya, Daya tarik pertandingan tersebut ditujukkan untuk fans Liverpool, namun polisi lebih memilih "mengamakan" supporter Nottingham. Otomatis, salah persepsi para petugas keamana dan panitia setempat menjadi awal bencanannya. Suporter datang dengan jumlah yg sangat besar.

The Lapping Lane hanya mampu memuat sekitar 14.600 orang, namun hari itu jumlah suporter yang datang sudah di luar perkiraan. Pukul 2 PM para suporter kedua belah kubu mulai berdatangan dalam jumlah besar dengan kawalan polisi berkuda setempat.


Suasana Di Gate C

Kerumunan supporter menjadi alasan polisi setempat memperketat keamanan di sekitar stadion dan mengambil alih pengawasan para suporter. Pukul 2.30 pm , kerumunan sekitar pagar masuk semakin meluap saat Turnstile (pintu masuk berputar) dibuka. Aliran supporter Liverpool dengan jumlah besar masuk bagaikan longsoran manusia dan segera menempati tribun tersebut. Bisa dibayangkan 10.000 orang mengalir masuk ke dalam The Lapping Lane dengan hanya menyediakan 3 gerbang masuk dan 7 pintu masuk putar. Dipastikan ini sangat tidak kemanusiawian yang dapat mendeskripsikan keadaan saat itu dengan keadaan stadion yang penuh sesak dan pengap. Suporter Liverpool yang masih tertinggal diluar sekitar 2000-5000 orang berusaha merengsek masuk ke dalam stadion. diantaranya tanpa tiket. Menurut pengakuan petugas keamanan yang bertugas di luar stadion mengganggap desakan para supporter Liverpool masuk ke dalam stadion disebabkan karena banyak dari mereka yang dalam pengaruh alkohol dalam jumlah besar. Hal tersebut yang menjadi acuan utama para penyelidik untuk mengamati kronologi kejadian tersebut dan sebagai barang bukti utamanya. Namun pada akhirnya semuanya akan dibantah dan sangat tidak rasional saat semua suporter yg sangat antusias dituduh dalam pengaruh alkohol. Lanjut ke TKP, mendengar volume manusia yang berusaha masuk kedalam stadion semakin menggila dan untuk mengantisipasi jatuhnya korban, Inspektur Marshal di sana yang hari itu bertugas,David Duckenfield memerintahakn untuk membuka gerbang C dimana sektor 3 dan 4 berada. Sektor 3 dan 4 yang saat itu sudah penuh sesak dengan fans yang sudah berada di dalamnya sebelumnya. Akibatnya Fatal Crush terjadi.....

Sebelum David Duckenfield mampu memerintahkan official untuk menunda kick off, Aliran manusia dalam jumlah besar masuk tanpa mampu dihentikan. .Aliran manusia mengalir deras masuk ke gerbang C dan memenuhi blok tiga dan empat yang sudah dipenuhi oleh fans sebelumnya. Para supporter yang berada di kedua blok tersebut terdesak ke depan dan terjempit di antara pagar pembatas “ ladang kematian “ tersebut. Keputusan Duckenfield untuk membuka gerbang C sangat fatal akibatnya. Keputusan dia sangat terburu-buru. Logikanya seharusnya sebelum Duckenfield memutuskan untuk membuka gerbang C, dia harus meminta konfirmasi petugas yang berada di blok 3 dan 4 apakah kedua blok tersebut mampu menampung tambahan supporter atau tidak, namun semuanya terlambat.

Akibatnya 96 fans Liverpool tewas terjepit, terinjak dan kehabisan oksigen di dalam ladang kematian tersebut. Rincian korbannya: 89 suporter pria dan 7 perempuan meninggal di tempat kejadian dan saat di bawa ke rumah sakit. Sepertiga dari korban meninggal berumur 20 tahun. Korban termuda adalah seorang anak laki-laki berumur 10 tahun bernama Jon Paul Gilhooley yang merupakan sepupu dari Steven Gerrard. Korban meninggal banyak ditemukan di blok 3 dan korban cedera banyak di temukan disektor 3 dan sebagian sektor 4. Sekitar 730 di dalam dan 36 suporter di luar stadion menderita cedera ringan hingga parah seperti Brain Malfunction akibat kekurangan oksigen.
Kisah memilukan terjadi kepada salah satu korban yang terakhir meninggal, Tony Bland. Tony Bland merupakan korban selamat yang meninggal 3 tahun setelah kejadian. Dia mengalami kerusakan otak parah akibat kekurangan oksigen saat terjepit diantara para fans. Tony Bland mengalami kerusakan otak yang memaksa dia hidup dalam setengah koma selama 3 tahun di rumah sakit. Pada 3 Maret 1993 dia meninggal di rumah sakit atas kesepakatan pihak keluarganya dan para doktor melalui cara "dipaksa meninggal" dan dia menjadi korban meninggal yang ke 96 dalam tragedi memilukan tersebut. Dia merupakan pasien pertama di Inggris yang diperbolehkan meninggal oleh hukum Inggris. Dia meninggal dengan cara asupan gizinya dihentikan.

Akibat dari tragedi Hillsborough ini, tribun berdiri di seluruh stadion di Inggris tidak boleh diperkenankan lagi. Nah dari situlah, The Kop End Classic harus diruntuhkan dan digantikan tribun yang lebih layak.

Spoiler for Berita:



Spoiler for Pict.:

Rekaman CCTV yang memperlihatkan membludaknya suporter Liverpool sesaat setelah Gate C dibuka






















Kegencet gan




Kenny Dalglish, yang saat itu menjadi pelatih Liverpool seolah tidak percaya dengan apa yang sedang ia saksikan



Quote:- Awal Kontroversi -

Headline harian "The Sun" yang menjadi kontroversi

Citra buruk suporter mulai menguat sesudah tragedi Hillsborough terjadi, puncaknya ketika statement resmi kepolisian saat itu mengungkapkan bahwa desakan para supporter LFC untuk masuk ke dalam stadion diakibatkan karena banyak dari mereka terkena pengaruh alkohol. Kemudian salah satu pejabat kepolisian melakukan kongkalingkong dengan media The Sun yang kemudian mengeluarkan berita dengan headline “The Truth”. Beberapa jam setelah tragedi terjadi, The Sun yang menurunkan 3 subjudul berita kontroversial yang benar-benar menghancurkan hati para keluarga korban, di saat seharusnya mereka membaca berita yg bisa menghilangkan kesedihan serta trauma yg mendalam. 3 subjudul tersebut berisikan 3 tuduhan pewarta The Sun yang "katanya" menyaksikan langsung kejadian tersebut. Isinya:

  • Fans Liverpool mengencingi para polisi yang sedang bertugas.
  • Beberapa fans Liverpool menguntili barang-barang milik korban.
  • Beberapa fans Liverpool menghalangi para petugas medis untuk memberikan pertolongan kepada korban.

  • Ketiga subjudul tersebut memojokkan para suporter Liverpool dan melukai keluarga para korban meninggal di Hillsborough dan membuat marah semua yang merasa terkait dengan tragedi tersebut. Orang yang menurunkan headline tersebut yang merupakan editor The Sun sendiri adalah Kevin MacKenzie. Saat itu juga The Sun diboikot sama warga satu kota Liverpool dan menjadi media baca yang diharamkan di kota Liverpool dan sekitarnya, sampai munculnya sebuah slogan terkenal "Don't Buy The Sun". 3 bulan setelah kejadian headline itu, editor biadab The Sun, Kelvin MacKenzie mengaku terjadi kesalahan terhadap 3 sub judul tersebut. Namun nasi sudah menjadi bubur dan tidak masuk akal juga judul itu mereka klaim terdapat kekeliruan di dalam headline tersebut namun sepertinya respon tersebut hanya digunakan mereka sebagai alasan untuk menghilangkan jejak dari kasus ini. Si Kelvin hanya meminta maaf secara personal saja, The Sun-nya pun masih menganggap mereka tak bersalah yang membuat fans Liverpool geram. 15 tahun kemudian tepat 7 Juli 2004. The Sun akhirnya meminta maaf keseluruh keluaraga para korban dan masyarakat Liverpool atas headline kontorvesial tersebut . Permintaan maaf terbuka The Sun sama sekali tidak direspon oleh para keluarga korban dan fans LFC, mereka tetap menganggap the Sun "haram".

    Setelah tragedi itu berlangsung, pemerintah sebenarnya telah membentuk suatu tim investigasi dipimpin oleh Lord Justice Taylor, kemudian dalam dunia sepakbola hasil investigasi tersebut dikenal sebagai Taylor Inquiry. Hanya saja Taylor Inquiry banyak menemukan fakta tidak mengenakkan bagi kepolisian dan pemerintah, karena dalam laporannya (berlawanan dengan berita McKenzie yang dikeluarkan jauh sebelum Taylor Inquiry dilaporkan) justru mengungkapkan bahwa kelalaian polisi menjadi penyebab utama mengapa tragedi itu dapat terjadi. Akan tetapi, PM Margaret Thatcer ketika itu memilih untuk mengabaikan fakta tersebut dan cenderung merestui segala upaya untuk menutupi kesalahan dan menjaga martabat kepolisian. Isi dari "Taylor Inquiry" tersebut yaitu:

  • Kegagalan polisi untuk mencegah dan memotong aliran manusia di Gerbang C sesaat sebelum kejadian.
  • Sektor 3 dan 4 nyatanya telah penuh sebelum aliran tambahan manusia dari gerbang C masuk.
  • Ukuran pintu masuk di gerbang parimeter terlalu kecil menyebabkan usaha penyelamatan terhambat yg menyebabkan banyak korban tewas. Gerbang C nyatanya gerbang yang diperuntukka sebagai pintu keluar stadion. Jadi, alasan membuka gerbang C karena untuk menghindari tragedi sangatlah tidak diperkenankan dalam situasi tersebut

  • Taylor Inquiry kemudian mengubah kebijakan stadion Inggris secara radikal dengan memperkenalkan teras tanpa pagar pembatas yang hingga saat ini dapat kita saksikan penerapannya di setiap pertandingan liga Inggris.

    Sejak bencana di Hillsborough, Bersama Hillsborough Family Support Group (HFSG), supporter Liverpool terus menuntut keadilan atas meninggalnya 96 anggota keluarga, saudara, teman mereka. Selama hampir dua dekade tanpa kenal lelah HFSG terus mengkampanyekan Hillsborough : JusticeFor96. Namun sampai saat ini blm ada keadilan, siapa yg bertanggung jawab atas kejadian tersebut? FA sebagai penyelenggara dan panitia-panitia yg ceroboh memberikan tiket lebih dari kapasitas, serta banyak lagi yg seharusnya bertanggung jawab atas kejadian itu, tak tersentuh hukum sampai saat ini. Perjuangan ini juga di ketuai oleh Kenny Dalglish, dan inilah salah satu alasan para keluarga korban dan penduduk Liverpool, meminta pada kerajaan Inggris utk memberikan penghargan "Sir" pada Kenny.


    Quote: - 23 Tahun Untuk Mengungkap Kebenaran Itu -
    Selama 23 tahun, keluarga korban berusaha mencari kebenaran. Mereka terus berjuang tanpa kenal lelah bahkan mereka tidak jarang dicibir oleh sebagian besar masyarakat (terutama oleh fanatik Thatcher) yang percaya bahwa tragedi naas itu diakibatkan oleh holiganisme fans LFC.

    Kampanye Hillsborough merupakan perjuangan tanpa kenal lelah dari pihak keluarga, fans dan didukung penuh oleh klub, dan setelah berjuang selama 23 tahun akhirnya perjuangan tersebut membuahkan hasil dengan dibentuknya Hillsborough Independent Panel (HIP). HIP kemudian bertugas untuk melakukan kembali investigasi dengan independen melalui penelaahan kembali dokumen resmi kepolisian, wawancara dengan pihak terlibat dan mengumpulkan independent opinion dari para ahli dan pakar di bidang medis atas setiap kronologis peristiwa pada tanggal 15 April 1989.

    Beberapa hal yang terungkap membuktikan bahwa fans Liverpool sama sekali tidak layak disalahkan dalam tragedi ini. Justru, mereka menjadi korban ketidaksiapan polisi dan semua elemen terkait dalam penyelenggaraan pertandingan tersebut. Termasuk juga tim medis dan ambulans mereka.
    Dari catatan yang dimunculkan, 41 nyawa seharusnya bisa diselamatkan jika prosedur keamanan di lapangan bisa berjalan dengan benar. Fakta-fakta semacam ini disembunyikan secara memalukan oleh pemerintahan dan kepolisian Inggris. Berbagai pengakuan saksi diubah, ditambah-tambahi, bahkan dibuang. Para polisi juga melakukan segalanya untuk mencari bukti bahwa para suporter ini sedang dalam keadaan mabuk. Semua dilakukan demi menimpakan kesalahan kepada para fans -yang sebenarnya malah berjuang keras menyelamatkan nyawa siapapun yang berada di dekat mereka saat itu. Karena itu, tidak heran jika kejadian mengerikan ini kini diberi label “The Biggest Cover Up in History” di Inggris.

    Hasil investigasi telah dibuka ke publik dan hasilnya sangat mengejutkan karena banyak fakta yang ditemukan berlawanan dengan versi kepolisian sebelumnya. Berikut adalah beberapa poin penting temuan HIP “The Real Truth”:

    • Kepolisian South Yorkshire memberikan informasi palsu kepada anggota parlemen (MP) dari Partai Konservatif, Irvine Patnick, yang kemudian diungkap dalam The Sun dengan judul “The Truth”. Informasi itu berisi tuduhan palsu tentang perilaku fans Liverpool sebelum, selama, dan setelah tragedi
    • Sebanyak 164 pernyataan yang dibuat kepolisian yang hadir pada hari itu merupakan muatan yang dimaksudkan mendukung laporan yang menyalahkan suporter
    • Sebanyak 116 “komentar negatif” dihapus dari dalam laporan kepolisian
    • Tes alkohol dilakukan kepada semua 96 korban dan ketika hasilnya muncul justru diabaikan, sedangkan catatan kriminal dari para korban dicari-cari
    • Dr Stefan Popper, yang memimpin pemeriksaan kematian, menyarankan agar penyelidikan tak perlu lagi dilakukan karena penyebab kematian sudah diketahui, meski hal itu berlawanan dengan hukum
    • Jantung dan paru-paru 31 korban masih berfungsi pada pukul 15:15 atau waktu ketika pemeriksaan awal menganggap semua korban telah tewas
    • Kurang tanggapnya layanan darurat menyebabkan hilangnya nyawa 59 korban yang seharusnya bisa dihindari
    • Petugas polisi senior menuduh “sekelompok fans mabuk-mabukan” dengan “berperilaku seperti binatang” usai kejadian terbukti tidak benar
    • Layanan ambulans South Yorkshire menerima kecaman yang tidak tepat dari dokter yang bertugas pada hari itu
    • PM Margaret Thatcher sadar betul adanya laporan awal yang berisi “kecaman keras” terhadap kepolisian
    • “Tidak ada bukti substansif” yang bisa mengaitkan perilaku mabuk-mabukan atau agresif dari para fans menjadi faktor pendukung penyebab terjadinya tragedi


    Publikasi Laporan HIP ini benar-benar telah memukul telak Partai Konservatif di Inggris dikarenakan laporan ini telah menelanjangi setiap kebohongan publik yang dibuat kepolisian dan direstui oleh pemerintah yang dipimpin oleh Margaret Thatcher yang berasal dari Partai Konservatif.

    Laporan ini memojokkan posisi Partai Konservatif dan David Cameroon, PM Inggris dari Partai Konservatif saat ini, sehingga memaksa Cameron sebagai wakil pemerintah menyampaikan permintaan maaf kepada keluarga korban di hadapan parlemen Inggris dan disiarkan langsung oleh semua stasiun TV nasional di Inggris, sambil menitikkan air mata Cameron juga mengakui telah terjadi kebohongan publik mengenai Hillsborough dan mendukung upaya keluarga korban dalam memperoleh kebenaran dan keadilan.

    Laporan HIP ini juga akhirnya mendorong Kejaksaan Inggris untuk membuka kembali kasus Hillsborough dan menemukan serta menghukum seluruh pihak yang terbukti terlibat dalam kegiatan pemalsuan informasi yang menjadi salah satu pemalsuan informasi terbesar di Britania Raya paska perang dunia kedua.

    So the truth has finally come out and fight for justice will begin

    Spoiler for Pict.:

    Anne Williams, salah satu pejuang keadilan yang paling spartan untuk 96 korban Hillsborough. Beliau kehilangan putranya, remaja 15 tahun, Kevin Williams pada Tragedi Hillsborough. Anne wafat pada tanggal 18 April 2013 karena penyakit kanker yang beliau derita .



    Quote:LANJUT DIBAWAH GAN

    Sumber :http://www.kaskus.co.id/thread/534cec66faca17ef2d000230

    Hosting

    Hosting
    Hosting

    TryOut AAMAI

    Hosting Idwebhost

    Hosting Idwebhost
    Hosting Handal Indonesia

    Belajar Matematika SD

    Popular Posts

    Arsip Kaskus HT

     
    Template Created by Creating Website Published by Mas Template
    Proudly powered by Blogger