Home » » Rekap Pemilu Legislatif 2014 Kemarin

Rekap Pemilu Legislatif 2014 Kemarin

Pemilihan legislatif (pileg) sudah berlangsung kemarin (9/4) gan. Terlepas dari berbagai kendala dalam pelaksanaannya, Komisi Pemilihan Umum (KPU), panitia pelaksana, dan agan2 yang udah berpartisipasi sebaik mungkin untuk mewujudkan putaran pertama pesta demokrasi Indonesia ini.

Hasil resmi pileg ini akan dihitung dan diumumkan oleh KPU pada 9 Mei 2014. Namun, ada banyak lembaga survei independen dan juga media yang sudah melakukan perhitungan cepat (quick count) untuk memberikan gambaran mengenai hasil pemilihan di seluruh Indonesia.

Spoiler for Hasil Quick Count:




















PDIP(18.97% â€" 19.64%)

Berdasarkan hasil di atas, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) memimpin perhitungan. Namun, hasil yang diperoleh ternyata jauh dibawah prediksi dan target â€"sekitar 30 persen. Nampaknya, faktor Jokowi yang sebulan terakhir digadang-gadang sebagai senjata utama partai tidak behasil memberikan kemenangan mutlak bagi partai pimpinan Megawati Soekarnoputri ini. Berbagai macam spekulasi bermunculan mengenai lemahnya pengaruh Jokowi dalam mendongrak suara PDIP. Sebagai contoh, publik dirasa bisa membedakan antara figur capres dengan partai politik dan gencarnya kampanye negatif yang ditujukan kepada Jokowi (isu ingkar janji pada Pemilukada Jakarta dan kasus pengadaan Bus Transjakarta).

Sedangkan pihak PDIP, yang diwakili oleh Eva Sundari, menyadari bahwa kurang maksimalnya pengaruh Jokowi ini dikarenakan pendeklarasian Jokowi terlalu dekat dengan pemilihan sehingga tidak cukup waktu untuk membuat iklan mengenai Jokowi, di mana sebelumnya didominasi oleh Megawati dan Puan Maharani. Ganjar Pranowo juga menambahkan, sulitnya beriklan di media juga dianggap jadi sebab lemahnya pengaruh Jokowi di Pemilu legislatif.

Golkar (14.2% â€" 15.02%)

Golkar berada di posisi kedua. Meskipun mendapatkan hasil dibawah target partai â€"sekitar 23 persenâ€" Golkar masih mampu membuktikan eksistensinya di berbagai lapisan masyarakat. Dari pemilu-pemilu sebelumnya, Golkar selalu berhasil berada di posisi atas perhitungan suara. Dibandingkan dengan perolehan suara pada Pemilu sebelumnya, suara Golkar kali ini cukup menurun. Ternyata masa keemasan Orde Baru yang diusung Golkar tidak mampu mendongkrak perolehan suara. Selain itu, kasus korupsi yang menimpa kader mereka serta video skandal yang melibatkan Aburizal Bakrie juga menjadi faktor yang menurunkan suara partai Golkar.

Gerindra (11.76% â€" 12.2%)

Gerindra kali ini berhasil menggerakkan massa dan mendapatkan jumlah suara yang cukup besar. Pileg kali ini mereka mendapatkan sekitar 11 persen, jauh meningkat dibandingkan pileg 2009 dimana mereka hanya mendapatkan 4,5 persen dan 26 kursi di DPR. Melambungnya perolehan suara Gerindra diakibatkan beberapa hal. Salah satunya adalah figur Prabowo yang heroik dan kuat.

Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Ahmad Muzani menambahkan upaya penataan mesin partai dan pengkaderan sejak 2009 lalu, mulai dari tingkat daerah hingga pusat, juga menjadi faktor tingginya perolehan suara Gerindra. Kehebatan mesin partai Gerindra ini terlihat dari manajemen krisis yang responsif terhadap kampanye hitam dan negatif yang ditujukan kepada Prabowo sehingga bisa mengambil simpati publik.

Demokrat (9.43% â€" 10%)

Partai Demokrat yang tercoreng berbagai kasus korupsi dalam tiga tahun terakhir berusaha keras untuk memperbaiki citra mereka dan mendapatkan kembali kepercayaan rakyat. Dalam pileg kali ini, Partai Demokrat hanya berhasil mendapatkan sekitar 9 persen suara â€"jauh di atas perkiraan survey sekitar 3,2 persen. Partai pemenang pemilu 2009 ini kini harus puas dengan posisi keempat. Perolehan suara ini terhitung bagus karena berdasarkan hasil survei menjelang Pemilu, Demokrat diprediksi hanya akan mendapatkan 5%. Dengan merosotnya perolehan suara ini, konvensi Partai Demokrat yang bertujuan menentukan calon presiden kemungkinan besar akan berganti menjadi penentuan calon wakil presiden.

PKB (8.51% â€" 9.3%)

Mungkin yang paling mengejutkan adalah peraihan suara Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). PKB mendapatkan sekitar 9 persen dan posisi kelima dalam quick count pileg ini. Padahal, survey terakhir dari Center for Strategic and International Studies (CSIS) di bulan Maret memprediksikan peraihan PKB di angka 6,7 persen. Pada Pemilu 2009 pun PKB hanya mampu mendapatkan 4,94 persen. Entah apakah ini efek dari Rhoma Irama dan Mahfud MD yang diisukan menjadi calon presiden, ikut serta Ahmad Dhani sebagai juru kampanye, atau citra PKB yang mulai mengarah ke posisi sebagai partai Islam yang lebih terbuka.

Akan tetapi, Pengamat politik Indo Barometer, M. Qodari menilai melonjaknya elektabilitas PKB lebih disebabkan soliditas Nahdlatul Ulama (NU) mendukung PKB. Hal senada juga diakui oleh Ketua DPP PKB Marwan Jafar. Solidnya NU merupakan buah dari kreativitas Ketua Umum DPP PKB Muhaimin Iskandar.

Marwan menilai, Cak Imin, sapaan Muhaimin, berhasil merekonsiliasi mayoritas pemilih loyal dari kalangan Nahdliyin untuk memberikan suaranya pada PKB. Pada saat yang bersamaan, PKB juga gencar membidik pemilih pemula untuk memberikan dukungan. Lainnya, Cak Imin juga merekrut Presiden Direktur Lion Group Rusdi Kirana menjadi Wakil Ketua Umum PKB. Langkah ini sangat jitu karena membuat PKB mendapatkan amunisi baru sehingga dapat bergerak lebih dinamis di arena politik.

PAN dan PPP (7.34% â€" 7.87% dan 6.3% â€" 7.34%)

Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Amanat Nasional (PAN) memantapkan posisi mereka sebagai partai tengah. Peralihan suara kedua partai ini tidak banyak berubah dari pemilu 2009.

PKS (6.62% â€" 7.24%)

Partai-partai Islam tampil lebih baik dalam pileg ini, kecuali Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang turun ke sekitar 6 persen dari 7,8 persen di tahun 2009. Partai yang digelari sebagai partai paling tidak disukai publik (berdasarkan survey Charta Politika) ini nampaknya belum bisa bangkit dari kasus korupsi yang menjerat pimpinan-pimpinannya serta citra negatif yang menempel di beberapa kadernya, salah satunya isu poligami.

Nasional Demokrat (6.40% â€" 6.95%)

Nasional Demokrat (Nasdem) bersinar di pileg ini. Meskipun menjadi partai paling muda dalam pemilu, Nasdem berhasil masuk ke parlemen dengan peraihan suara sekitar 6 persen. Sebuah pencapaian yang baik bagi partai baru. Nasdem juga patut diapresiasi atas usahanya mewujudkan kesetaraan gender dengan mengirimkan calon legislatif perempuan terbanyak dibandingkan partai-partai lain. Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bapillu) Nasdem, Ferry Mursyidan Baldan, menyatakan bahwa cukup besarnya perolehan suara Nasdem dikarenakan keberhasilan mesin partai dalam membangun infrastruktur politik. Hal ini juga terlihat dari tidak berpengaruhnya faktor figur seperti Surya Paloh maupun mantan kader mereka yang merapat ke partai lain, Hary Tanoesoedibjo.

Hanura (5.11% â€" 5.4%)

Partai Hanura kembali menjadi partai paling buncit yang berhasil memasuki parlemen. Meskipun sudah beriklan mati-matian â€"termasuk menyamar menjadi penjual asongan, tampil di sinetron, dan membuat kuis saat prime time, Hanura hanya berhasil meningkatkan peraihan suara sekitar 2 persen dibandingkan pemilu sebelumnya. Hanura juga masih harus menghadapi bulan-bulanan di Twitter mengenai kekalahannya dan juga urusan dengan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) yang belum selesai terkait pelanggaran Kuis Kebangsaan mereka.

PBB (1.39% â€" 1.6%) dan PKPI (0.9% â€" 1%)

Indonesia menerapkan parliamentary threshold â€"batas suara minimum suatu partai agar dapat bergabung dengan DPRâ€" sebesar 3,5 persen. Sayangnya, Partai Bulan Bintang (PBB) dan Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) gagal meraih jumlah tersebut dan terpaksa mundur dari persaingan.

Sebenernya banyak banget analisa politik yang udah dikeluarkan oleh berbagai lembaga politik untuk prediksi peta politik usai Pemilu legislatif ini. Namun dari berbagai analisa dan acara diskusi yang ramai digelar belakangan ini, tidak banyak yang membahas analisa Pemilu legislatif dari perspektif para pemilih muda.

Makanya, Provocative Proactive dan Ayo Vote, bekerjasama dengan Indonesian Youth Conference dan Parlemen Muda, berinisiatif untuk menggelar acara diskusi Sotoy Politik: Pileg 2014 yang akan membahas analisa konstelasi politik usai Pemilu legislatif dan kemungkinan yang akan terjadi di masa depan, termasuk saat Pemilu Presiden.

Acara diskusi Sotoy Politik akan dipimpin oleh Pangeran Siahaan dan Muhadkly Acho. Diskusi Sotoy Politik akan menghadirkan beberapa Key Opinion Leaders (KOL) dari kalangan pemilih muda yang akan turut memberikan pandangannya mengenai fenomena politik yang terjadi belakangan, terutama mereka yang gemar berdiskusi dan beropini politik di media sosial.

Selain itu, diskusi ini juga akan diisi oleh analis politik, Yunarto Wijaya dan Yose Kenawas, sebagai narasumber untuk memberikan informasi terhadap komentar yang diberikan oleh para undangan dan penonton yang hadir.

Acara ini diselenggarakan pada:
Tempat: Pisa Kafe Mahakam, Jl. Mahakam I No.11 Jakarta Selatan.
Tanggal: 17 April 2014
Waktu: 19.00 - 22.00.


Spoiler for Sotoy Politik:

Dan yang terpenting, kami juga mengundang agan-agan untuk hadir dan berdiskusi dengan para narsum dan komentator. Keluarin aja uneg-uneg, prediksi, dan harapan tentang Pemilu 2014 ini. KARENA SUARA LO NGARUH!

Sumber :http://www.kaskus.co.id/thread/534757f818cb17b9408b46c4

Hosting

Hosting
Hosting

TryOut AAMAI

Hosting Idwebhost

Hosting Idwebhost
Hosting Handal Indonesia

Belajar Matematika SD

Popular Posts

Arsip Kaskus HT

 
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger