Home » » Satpol PP Tidak Membawa Pentungan Lagi

Satpol PP Tidak Membawa Pentungan Lagi

moga-moga ga repost



Bapak ibu sodara sodari agan aganwati, ane cuma mau share aja nih hal positif yang terjadi di negeri ini, semoga keberhasilan ini teruuuusss berlangsung hingga cucu dan cicit kita ya


Janji sebelum Pilkada :
Quote:
Jokowi: Satpol PP tak lagi bawa tameng & pentungan
Minggu, 1 April 2012


Cagub DKI Jakarta Jokowi hari ini mendatangi para pedagang kaki (PKL) lima dan juru parkir di kawasan Hayam Wuruk, Jakarta Pusat. Jokowi pun berjanji, bila dia terpilih jadi gubernur DKI maka Satpol PP tidak akan dia persenjatai.

"Ini berkaitan dengan Satpol PP di Jakarta, nanti Satpol PP tidak lagi bawa tameng dan pentungan lagi. Karena fungsi Satpol PP memberikan perlindungan kepada pekerja," kata Jokowi saat menyambangi para pedagang kaki lima di kawasan Hayam Wuruk, Jakarta Pusat, Minggu (1/4).

"Kemudian, PKL tidak ada yang digusur-gusur. Solusinya diberikan fasilitas, karena ini adalah fakta ekonomi rakyat kita. Kalau diberi ruang, mestinya PKL juga diberi ruang untuk diberi rejeki," terang Jokowi.

Jokowi sendiri diundang oleh Ketua Paguyuban PKL Lieus Sungkarisma untuk mendengar keluh kesah para pedagang. Lieus pun mengaku gembira bisa bertemu langsung dengan Cagub DKI ini.

"Jauh sebelum bapak (Jokowi) mengajukan diri sebagai gubernur, saya yakin warga Jakarta akan memilih gubernur yang tidak menyengsarakan rakyat," kata Lieus kepada wartawan.

sumber

Quote:Quote of the article : "Jokowi pun berjanji, bila dia terpilih jadi gubernur DKI maka Satpol PP tidak akan dia persenjatai"
Hmmm bener gak yaaaaah...



Setelah terpililh :
Quote:Jokowi Copot Pisau dan Pentungan Satpol PP
30 Oktober 2012


REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ada yang lain dalam penampilan personel Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) DKI Jakarta di bawah kepemimpinan Gubernur Joko Widodo. Aparat penegak peraturan daerah (Perda) itu kini tak lagi membawa perlengkapan berupa benda-benda keras atau tajam.

"Bisa dilihat sendiri, kami sekarang cuma pakai seragam saja, tanpa pisau dan pentungan. Semuanya sudah hilang, tidak ada lagi," kata Kepala Satpol PP DKI Jakarta Effendi Anas di sela apel pagi di Balai Kota Jakarta, Selasa (30/10).

Ia menjelaskan, sebenarnya pentungan dan pisau itu merupakan perlengkapan resmi Satpol PP berdasarkan Permendagri nomor 35 Tahun 2004. Tapi Jokowi, kata Effendi, menginginkan paradigma baru dalam operasional Satpol PP.

Jokowi menginginkan Satpol PP lebih menggunakan pendekatan humanis daripada kekerasan."Semua ini adalah langkah dan strategi yang dibangun Pak Jokowi. Beliau ingin menggerakkan disiplin humanis dan ingin memberikan nuansa baru di tubuh Satpol PP," imbuhnya.

Seperti diketahui, Jokowi memang dikenal memiliki pendekatan yang berbeda terhadap masyarakat. Saat masih menjabat sebagai Wali kota Solo, Jokowi juga menghilangkan pentungan dan tameng dari tubuh Satpol PP setempat.

Untuk menghilangkan kesan seram, Jokowi juga mengangkat kepala Satpol PP Solo dari kaum perempuan.Pagi ini, sebenarnya Jokowi dijadwalkan untuk memimpin apel dan memberikan pengarahan kepada Satpol PP DKI. Namun, Jokowi berhalangan hadir karena menerima panggilan mendadak dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

sumber

Quote:Senjata Satpol PP Kini Bukan Lagi Pentungan
30 Oktober 2012


TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Satpol PP Effendi Anas mengungkapkan, kini pihaknya tidak lagi menggunakan senjata seperti pentungan ketika melakukan penggusuran.

"Kali ini kami menggunakan langkah edukatif dan persuasif. Dengan mengedepankan Seni 'Tidak Benar'," ujar Effendi Anas saat ditemui di Balai Agung, Kompleks Balai Kota, Jakarta, Selasa (30/10/2012).

Effendi menjelaskan, langkah-langkah edukatif dan persuasif tersebut tentunya dilakukan dengan melakukan dialog secara berkala di lokasi yang sekiranya akan ditertibkan.

"Kegiatan yang mengarah pada penertiban yakni proses sosialisasi program. Itu dilaksanakan oleh Pemda sesuai levelnya (kelurahan, kecamatan)," kata Effendi.

Namun, lanjut Effendi, proses sosialisasi program itu juga tentunya dilakukan ketika sudah ada peringatan untuk lokasi yang akan ditertibkan.

Effendi menjelaskan, prosedur tersebut yakni pada peringatan pertama dengan menyatakan kesalahan bahwa tempat tersebut tidak boleh ditempati atau dijadikan lahan untuk berdagang dengan batasan waktu 7x24 jam.

Setelah dilakukan pada peringatan kedua dan masih tidak ada perhatian, maka peringatan kedua ditingkatkan menjadi 3x24 jam sampai pada ketiga kalinya, 1x24 jam.

"Nah disaat pemberian peringatan itu ada upaya yaitu negosiasi dengan mengadakan pertemuan bersama pihak yang akan ditertibkan bagaimana jalan keluarnya," ucap Effendi.

Namun, Effendi mengungkapkan hal itu tidak mungkin berjalan dengan mudah. Untuk itu perlu kesepahaman keduabelah pihak dengan cara mengintensifkan dialog.

"Ini tidak mudah. Harapan kami menyatukan pemahaman kepada mereka yang kami ajak negosiasi," ucap Effendi.

sumber

Quote:
Quote of the article : Seperti diketahui, Jokowi memang dikenal memiliki pendekatan yang berbeda terhadap masyarakat. Saat masih menjabat sebagai Wali kota Solo, Jokowi juga menghilangkan pentungan dan tameng dari tubuh Satpol PP setempat.
Hmmmm Jakarta kan katanya kota keras paaaaak...


Hasil :
Quote:Tanpa Pentungan, Satpol PP Menertibkan Pedagang
21 Agustus 2013

Jakarta - “Bapak, Ibu, silahkan barangnya (dagangan) ini diambil karena ini mau dibongkar,” kata seorang petugas Satuan Polisi Pamong Praja, seperti ditirukan Opick, -salah seorang pedagang kali lima di sekitar jalan Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat-, kepada detikcom, Ahad (18/8) lalu.

Tutur kata anggota polisi pamong praja itu pun lembut, tak ada kata kasar, bentakan, atau hardikan. Bahkan mereka membantu beberapa pedagang yang tak bisa mengangkut sendiri barang dagangannya. Peristiwa penertiban pedagang itu terjadi, Ahad (11/8) lalu.

Biasanya kedatangan pasukan berbaret coklat itu selalu membuat pedagang kaki lima bersiaga, tapi sore itu ia malah santai saja. Opick mengaku telah bertahun-tahun jualan di deretan toko kecil yang ada di dekat jembatan Blok G pasar Tanah Abang.


Dia merasa baru pada penertiban kemarin, relokasi pedagang kaki lima tanpa kerusuhan sama sekali. Padahal tempat mereka berdagang resmi, memiliki surat izin usaha perdagangan (SIUP) dari pemerintah provinsi DKI Jakarta.

Mariani, -salah satu pemilik toko sepatu- sebelumnya yakin tidak akan ikut direlokasi. Pasalnya, dia bersama belasan pedagang lain sudah berdagang di tempat tersebut sejak tahun 1980.

Areal yang dimaksudkannya adalah bangunan tembok permanen di tepi jalan, yang berada 25 meter dari jembatan penyeberangan jalan menuju Blok G. Belasan toko tersebut didirikan resmi oleh Dinas Usaha Kecil dan Menengah Jakarta Barat dan sudah mempunyai Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP).

"Digadaikan ke bank saja laku! Tiap tahun izinnya diperpanjang dan masih ada sisa sampai 4 bulan lagi. Kami minta kasih jangka waktu sampai Desember, enggak bisa," kata Mariani kepada detikcom.

Meski ekspresi kesal tak bisa hilang dari wajahnya, Mariani agak tenang. Karena memang sehari sebelumnya sudah ada surat pemberitahuan dari pemerintah provinsi DKI Jakarta. Apalagi kini perilaku polisi pamong praja lebih manusia.

Tak seperti dulu yang selalu main kasar saat menggusur pedagang kaki lima. Pedagang pun diberi waktu untuk mengangkat barang daganganya hingga selesai. Jika tak sanggup mengangkut justru akan dibantu.

*****

Dedy Sofian, 43 tahun, tengah mengosongkan semua barang dagangan di toko sepatu yang sudah dia tempati lebih dari 10 tahun lalu. Toko ini masih berada satu areal dengan Mariani.

Dia mengataku sudah menerima pemberitahuan dari pemerintah provinsi tentang adanya pembongkaran. Namun, karena pengumuman itu dirasa sangat mendadak, Dedy dan separuh pedagang lainnya sempat mendatangi kelurahan untuk minta perpanjangan waktu.


Namun akhirnya, Dedy, Mariana dan pedagang lainnya rela saja tempat mereka jualan dibongkar. Mereka juga tak berniat untuk demo atau melawan Satpol PP saat melakukan penertiban. Apalagi mereka juga disediakan tempat berjualan di Pasar Slipi Jaya, Jakarta Barat.

****

Toh akhirnya pemerintah tetap merelokasi mereka ke pasar Slipi Jaya dengan alasan mengganggu ketertiban dan membuat kemacetan. Memang, dengan adanya pedagang di lokasi tersebut, arus kendaraan dari Slipi menuju Tanah Abang kerap terganggu.

Kini Opick, Mariana dan Dedy sungkan protes atau melawan saat ada penggusuran. Apalagi Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo atau Jokowi memperhatikan nasib pedagang dengan menyediakan lokasi berjualan yang baru di Pasar Slipi Jaya.

"Saya setuju sih idenya dia (Jokowi) itu jadi bagus, kita segan dia memang mau membangun. Lagian, mana ada pejabat datang ke rakyat sambil tanya 'apa kabar pak', dia mau sederhana itu yang bikin rakyat jadi simpati," kata Opick.

Menurut Opick penertiban di Tanah Abang sebenarnya pernah dilakukan beberapa gubernur Jakarta sebelumnya. Namun tingkah polah Satpol PP yang jadi ujung tombak penegakan hukum yang arogan, membuat masyarakat jadi berang dan balik melawan.

Didatangi tanpa pentungan dan dengan tutur kata yang bagus rupanya membuat para pedagang jadi sungkan. Jika biasanya selalu melawan, kali ini mereka manut. Penertiban pedagang kaki lima di Tanah Abang pun berjalan tanpa kendala berarti.

Hal itulah yang membuat Opick salut pada pemerintahan Jokowi karena baru kali ini penertiban di Tanah Abang bisa berjalan lancar. “Pada zaman Sutiyoso malah ada pedagang dan Satpol PP berperang, bahkan pedagang sampai bakar mobil trantib karena mereka arogan, dan masyarakat enggak suka,” kata Opick.

Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Triwiksaksana menilai ada satu perbedaan dalam kinerja dan gaya Satpol PP dibanding dulu. Satuan yang dikenal kasar ini kini lebih komunikatif dan mulai pakai cara persuasif.

Pria yang akrab disapa Bang Sani ini mengatakan perubahan besar tersebut tak lepas dari peran Jokowi. "Pastinya ini ada pengaruh dari kepemimpinan pak Jokowi. Monitoring yang melekat, turun ke lapangan dan ketegasan dalam eksekusi," kata dia kepada detikcom, kemarin.


sumber





Spoilerfor Perbandingan dengan "era" sebelumnya Gan : : Quote:Komnas HAM: Tindakan Satpol PP Brutal, Seperti Segerombolan Preman
14 April 2010

Jakarta - Tindakan Satpol PP pada warga sekitar areal pemakaman Mbah Priok sungguh brutal. Satpol PP bertindak layaknya segerombolan preman, bukan aparat penegak hukum.

"Jelas ini suatu tindakan yang sangat brutal. Satpol PP kan aparat hukum yang menegakkan Perda. Kita melihat tindakan Satpol PP bukan seperti aparat hukum yang sedang bertindak tetapi seperti segerombolan preman," ujar Ketua Komnas HAM Ifdhal Kasim kepada detikcom, Rabu (14/4/2010).

Ifdhal menyaksikan insiden Priok berdarah itu lewat siaran televisi. Dia juga menyatakan, pihaknya sudah mengirimkan tim ke lokasi kericuhan. Tim dipimpin Wakil Ketua Komnas HAM Ridha Saleh.

"Kita akan melihat berapa korbannya, bagaimana proses penggusuran apakah mematuhi hukum, bagaimana dalam menangani anak-anak dan orangtua. Satpol PP juga tidak bisa serta merta menggunakan cara di luar hukum misalnya pemukulan dan menyerang anak dan orangtua," jelasnya.

Tim Komnas HAM, lanjut Ifdhal, nantinya juga akan menyelidiki tindakan brutal Satpol PP itu.

"Sebenarnya beberapa orang yang menjadi bagian warga yang digusur sudah melapor kepada kita, kami juga sudah merespons. Kita meminta Walikota Jakarta Utara untuk sementara menghentikan penggusuran itu. Selesaikanlah sengketa perdatanya dulu, tapi sudah dilakukan penggusuran hari ini," sesal Ifdhal.

sumber

Quote:Tertular Satpol PP, Polisi Pun Ikut Ngamuk
14 April 2010

JAKARTA - Puluhan polisi yang sedang berjaga di sekitar makam Mbah Priok, tanpa alasan yang jelas mengamuk dan memukuli warga.

Puluhan polisi yang berpakaian lengkap dan dilengkapi tameng ini merusak motor-motor warga yang diparkir di depan masjid Jami Attauhid, kawasan makam Mbah Priok, Jakarta Utara, Rabu (14/4/2010).

Seperti orang kesal, mereka juga memukuli warga yang menggunakan kain sarung, dan baru keluar dari masjid. Bahkan ibu-ibu yang baru selesai menunaikan ibadah salat di masjid, juga disoraki.

Ketika aksi pemukulan berlangsung, para pewarta yang melihat berusaha menghalang-halangi, namun puluhan petugas kepolisian yang memakai badge Polres Jakarta Utara, dan Polda Metro Jaya itu malah semakin beringas.

Mereka justru menghardik para wartawan yang akan mengambil gambar aksi mereka. Sebelumnya, warga juga sempat merusak tiga mobil Satpol PP, berupa satu truk elf, dua unit mobil KIA.

sumber




Sumber :http://www.kaskus.co.id/thread/5215b2863c118e732f000004

Hosting

Hosting
Hosting

TryOut AAMAI

Hosting Idwebhost

Hosting Idwebhost
Hosting Handal Indonesia

Belajar Matematika SD

Popular Posts

Arsip Kaskus HT

 
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger