Home » » 5 Mitos yang Keliru tentang Kejeniusan

5 Mitos yang Keliru tentang Kejeniusan



IKUT SERTA MENCERDASKAN KEHIDUPAN BANGSA
Spoilerfor MUKADIMAH: Gan, ane dulu sempat nulis posting http://www.kaskus.co.id/showthread.php?t=8595972,
sesuai janji ane gan, karena ane uda lulus SNMPTN (Alhamdulillah, berkat doa agan2 semua ane keterima di teknik Fisika ITS ) ane kembali lagi NGASKUS (the best activity when nganggur -nungguin daftar ulang- )
OK gan, cekidot, berikut ini ane jelasin 5 mitos yang keliru tentang sifat jenius, dimana pada dasarnya diri agan-agan semua itu jenius ! , gak percaya? baca thread ane berikut !


Quote:Anda adalah Apa yang Anda Pikirkan.

Quote:Sifat Jenius secara tradisional dilingkupi oleh sejumlah mitos yang menyesatkan. Mungkin orang-orang terintimidasi atau bahkan takut terhadap konsep jenius. Apapun dan bagaimanapun alasannya, mitos ini perlu diungkap, dibongkar dan dibuang jauh-jauh dari pemikiran kita.

(Albert Einstein, ikon jenius)

Spoilerfor Mitos 1: "PARA JENIUS MEMANG TERLAHIR"

Ide ini sangat lazim, namun tidak benar. Mengapa? Genetika memang mempengaruhi hidup kita, tetapi tidak sepenuhnya menentukan hidup kita. Jika mitos ini benar, mengapa kita tidak memenjarakan saja anak para pembunuh massal sejak mereka dilahirkan? Dunia barangkali akan jauh lebih efisien dan kurang kacau -dan kurang menarik- jika orang bisa diklasifikasikan begitu mudahnya. Pendidikan, pengaruh sosial dan lingkungan, pengalaman, ini sama pentingnya dengan warisan genetik. Bahkan dengan materi genetik terbaik sekalipun, tanpa ada pengaruh sosial yang positif dan keterampilan-keterampilan yang dipelajari, seseorang tidak bisa mencapai kondisi jenius.

Frasa "Para jenius memang Terlahir" digunakan sebagai suatu pembenaran untuk "KEMALASAN", sebuah alasan untuk tidak bekerja keras. Kenyataannya, kita semua terlahir lemah dan butuh bantuan. Bayi akan meninggal bila ditinggalkan tanpa perawatan selama seminggu. Disisi lain, bayi akan tersenyum bahagia dan tumbuh pesat bila dirawat secara layak. Para jenius dibentuk oleh orang-orang yang mencintainya: ibu, ayah, kakek-nenek, dan orang-orang dewasa lainnya yang menghabiskan hidupnya sembari berbagi tujuan, kebijaksanaan serta cintanya dengan sang cahaya dunia masa depan.

Spoilerfor Mitos 2: "PARA JENIUS SUDAH TERLIHAT SEJAK MASA KANAK-KANAKNYA"

Mitos ini muncul dari pencampur-adukan gagasan tentang prodigy dan jenius. Mitos ini menyiratkan bahwa apabila seseorang anak tidak dikenali sebagai jenius di masa kanak-kanaknya, maka dia bukanlah seorang jenius. Sebenarnya, prodigy-lah yang dikenali dimasa kanak-kanaknya, prodigy adalah seorang individu yang menunjukkan hasil-hasil setingkat orang dewasa dimasa kanak-kanaknya. Jenius itu berbeda.
  • Albert Einstein, yang belum bisa bicara sampai berusia tiga tahun, dulunya adalah seorang dyslexic (penyakit dyslexia-penyakit tidak mampu membaca dikarenakan adanya cacat otak) yang mengalami banyak sekali kesukaran semasa dia bersekolah.
  • Pablo Picasso, baru berhasil menyelesaikan sekolahnya dengan ayahnya didampingi ayahnya yang duduk didekatnya selama mata pelajaran di kelas.
  • Thomas Alfa Edison, beberapa kali mendapat nilai C (dibawah 60) untuk mata pelajaran fisika.
  • Robert Frost, menerbitkan buku pertamanya di usia tiga puluh delapan tahun.
  • Peter Roget, menciptakan kamus Thesaurus-nya yang terkenal setelah dia pensiun di usia tujuh puluh tahun.
  • Michailo Lomonosov, pendiri Universitas Moscow pernah dianggap buta huruf karena ketika itu dia dia tidak bisa membaca dalam bahasa Yunani dan Latin. Pada usia sembilan belas tahun, ketika dia datang ke Moscow dari sebuah desa yang jauh diwilayah utara "untuk belajar", dia terlebih dahulu harus menjalani Sekolah Dasar. bayangkan, di Indonesia, siswa Sekolah Dasar kelas 1 berumur 7 tahun, sedangkan Lomonosof berumur 19 tahun!


Bisakah orang dimasa Edison dan Einstein bersekolah memperkirakan bahwa kedua orang ini adalah calon jenius masa depan??
Apakah ada di antara anak-anak berusia tujuh tahun yang menertawakan dan mengejek Lomonosov yang berusia sembilan belas tahun, ataupun para guru yang tersenyum masam kepadanya, pernah mengira bahwa mereka ketika itu sedang MENGHINA calon pendiri sains Rusia modern, "Universitas Satu Orang"??
TIDAK !

Dengan mempertimbangkan ini semua, akankah seseorang berani untuk meramalkan dimasa kini bahwa anak ataupun orang dewasa tertentu ini atau itu tidak akan menjadi seorang jenius ditahun-tahun mendatang? Untuk itu, marilah kita secara sadar merubah pernyataan, "Para jenius sudah terlihat sejak masa kanak-kanaknya", dan mempromosikan sebuah pernyataan baru, "Marilah kita mengenali seorang Jenius dalam setiap anak dan setiap orang."

Spoilerfor Mitos 3: "PARA JENIUS ADALAH ORANG-ORANG UNGGUL YANG BERBAKAT DALAM SEGALA HAL"

Ya, memang ada jenius-jenius seperti Leonardo da Vinci, Johan Wolfgang von Goethe, Benjamin Franklin, dan Lomonosov yang dianggap abadi baik dalam sains maupun seni. Tetapi ada begitu banyak yang lainnya, Ludwig Van Beethoven yang tuli, Braille dan Hellen Keller yang buta, yang secara meyakinkan menunjukan bahwa orang-orang yang tampaknya berada diluar batas pinggir sekalipun bisa menjadi jenius, apalagi anak yang berkembang secara normal atau bahkan anak yang berbakat seperti anda. Jadi, setiap anak dan setiap orang BISA MENJADI JENIUS. Sejarah menunjukkan bahwa setiap anak dan setiap orang memiliki peluang, peluang untuk bisa menjadi jenius.

lanjut bacanya di bawah gan

Sumber :http://www.kaskus.co.id/thread/000000000000000009479432

Hosting

Hosting
Hosting

TryOut AAMAI

Hosting Idwebhost

Hosting Idwebhost
Hosting Handal Indonesia

Belajar Matematika SD

Popular Posts

Arsip Kaskus HT

 
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger