Home » » 11 Hal Unik Tentang Timnas Indonesia Pada Piala Dunia 1938

11 Hal Unik Tentang Timnas Indonesia Pada Piala Dunia 1938

Quote:
Tim sepak bola Hindia Belanda berpose sebelum berlaga pada Piala Dunia 1938 di Prancis.

Quote:Sebelas fakta unik seputar tim sepak bola Indonesia

Quote:1. Indonesia ialah negara Asia pertama yang berlaga pada putaran final Piala Dunia

Tim sepak bola Hindia Belanda berlaga pada putaran final Piala Dunia 1938 di Prancis. Pada pertandingan pertama di Stadion Reims, 5 Juni 1938, tim yang diperkuat pemain-pemain asal suku Jawa, Maluku, Tionghoa, dan Indo-Belanda itu kalah telak 0-6 dari Hongaria. Hongaria melaju hingga ke laga final dan menjadi runner-up akibat ditekuk Italia 2-4.




Quote:2. Kapten timnas Indonesia berprofesi sebagai dokter

Di antara para pemain tim Hindia Belanda terdapat Achmad Nawir. Pemain bertahan asal klub Soerabajasche Voetbal Bond itu dipercaya pelatih Johannes Christoffel van Mastenbroek untuk menjadi kapten. Yang unik, sebagaimana dikutip situs Java Post yang berbahasa Belanda, Nawir sesungguhnya berprofesi sebagai dokter.

Quote:3. Bermain bola mengenakan kacamata

Kapten Timnas Indonesia, dr. Ahmad Nawir turun ke lapangan dengan mengenakan kacamata, suatu hal yang tidak lazim saat itu dan jarang dilakukan oleh pemain negara lain.


Kapten tim Hindia Belanda, Achmad Nawir (kiri)


Quote:4. Indonesia hampir kalahkan Uni Soviet 1956

Kenyataan bahwa tim nasional Indonesia menahan imbang Uni Soviet 0-0 pada babak perempat final Olimpiade 1956 Melbourne sudah menjadi fakta umum. Namun, tahukah Anda bahwa Indonesia nyaris mengalahkanSoviet pada pertandingan itu? Sebagaimana dilansir situs Fifa ujung tombak klub PSM Makassar Andi Ramang melepaskan tembakan ke gawang Soviet di menit ke-84. Namun, kiper legendaris Lev Yashin bergerak cepat dan menepis bola dengan ujung jarinya.


Laga pertama antara Indonesia dan Uni Soviet pada babak perempat final Olimpiade 1956 berakhir imbang 0-0


Quote:5. Penyerang legendaris berprofesi sebagai tukang becak

Andi Ramang, putra kelahiran Barru ini hijrah ke Makassar menjelang kemerdekaan dan mencari nafkah dengan bekerja sebagai penarik becak. Ia kemudian bergabung dengan Persatuan Sepak Bola Induk Sulawesi Dalam sebuah kompetisi melawan PSM Makassar.

Quote:6. Tiga pemain bermarga Tan

Sebelum Orde Baru, pemain-pemain keturunan Cina senantiasa menjadi andalan tim Indonesia. Pada Piala Dunia 1938, ketika Indonesia masih bernama Hindia Belanda, ada setidaknya tiga pemain keturunan Cina bermarga Tan. Mereka adalah Tan "Bing" Mo Heng, kiper yang tergabung dalam klub HCTNH Malang, serta dua penyerang bernama Tan Hong Djien (Tiong Hoa Soerabaja) dan Tan See Han (HBS Soerabaja).

Quote:7. Pemain keturunan Cina jadi andalan

Kemudian, pada Olimpiade 1956 di Melbourne, ada Tan Liong Houw, Phwa Sian Liong, Kwee Kiat Sek, Thio Him Tjiang, dan Beng Ing Hien. Pelatih tim Indonesia saat itu, Anton Pogacnik, mengaku keempatnya merupakan kunci pertahanan saat tim Garuda menahan imbang Uni Soviet 0-0.


Tan Liong Houw (kiri) merupakan salah seorang pemain keturunan Cina yang menjadi andalan timnas Indonesia


Quote:8. Antun Pogacnik pelatih tersukses

Berkat penanganan mantan pelatih tim nasional Yugoslavia, Antun ‘Toni’ Pogacnik, tim nasional Indonesia meraih kesuksesan terbesar. Semasa dia melatih, Indonesia mampu menjadi semifinalis Asian Games 1954 di Manila, menahan imbang tim Uni Soviet pada Olimpiade 1956 di Melbourne, dan merebut medali perunggu di Asian Games 1958 di Tokyo. Pogacnik juga nyaris membawa Indonesia melangkah ke putaran final Piala Dunia 1958 di Swedia.

Quote:9. Diplomasi sepak bola Indonesia-Yugoslavia


Antun 'Toni' Pogacnik merupakan mantan pelatih timnas Yugoslavia sebelum melatih timnas Indonesia

Sebelum menjadi pelatih, Pogacnik merupakan gelandang bertahan timnas Yugoslavia yang kemudian melatih timnas negara Balkan tersebut. Pada 1954, dia sepakat melatih timnas Indonesia atas permintaan Presiden Soekarno kepada Presiden Yugoslavia Josip Broz Tito.

Quote:10. Indonesia tolak ladeni Israel

Setelah melewati Cina dalam pertandingan kandang dan tandang, Indonesia lolos ke babak kedua kualifikasi Piala Dunia 1958 Swedia. Pada babak itu, Indonesia tergabung bersama Israel, Sudan, dan Mesir. Namun, sikap politik Indonesia, Sudan, dan Mesir membuat ketiga negara itu menolak meladeni Israel. Israel pun diuntungkan dan melaju ke babak playoff, tahap selanjutnya untuk masuk putaran final di Swedia. Namun, langkah Israel terhenti akibat takluk dari Wales, runner up grup kualifikasi Eropa.

Quote:11. Kiblat ke Belanda dan Eropa Timur

Sejak era kemerdekaan hingga sekarang, tim Indonesia telah dilatih oleh sedikitnya 17 pelatih asing. Dari jumlah itu, sosok pelatih yang diimpor terbanyak berasal dari Belanda dan kawasan Eropa Timur. Paling tidak ada empat pelatih dari ‘Negeri Kincir Angin, yakni mantan arsitek Feyenoord Rotterdam Wiel Coerver, Frans van Balkom, Henk Wullems, dan eks-punggawa timnas Belanda era 1970-an Wim Rijsbergen. Deretan nama tersebut belum ditambah Johannes Christoffel van Mastenbroek yang melatih tim Hindia Belanda pada Piala Dunia 1938.

Adapun pelatih dari Eropa Timur mencakup Antun ‘Toni’ Pogacnik dari Yugoslavia, Anatoli Polosin asal Rusia, Josef Masopust dari Cekoslowakia, Ivan Toplak dari Yugoslavia, Marek Janota asal Polandia, dan Ivan Kolev dari Bulgaria. Polosin menjadi pelatih asing terakhir yang mampu mengantarkan timnas Indonesia merebut medali emas SEA Games 1991 di Manila.

sumber


Quote:Melacak tim Hindia Belanda di Piala Dunia 1938

Quote:1. Tim Hindia Belanda adalah negara Asia pertama yang tampil di Piala Dunia 1938 di Perancis, tetapi gaya permainan serta seluk-beluk tim sepak bola ini tidak banyak tercatat dalam sejarah.

“Gaya menggiring bola pemain depan Tim Hindia Belanda, sungguh brilian…,” begitulah laporan koran Perancis L’Equipe, edisi 6 Juni 1938, “tapi pertahanannya amburadul, karena tak ada penjagaan ketat..”

Hasilnya, seperti tercatat dalam sejarah, tim sepakbola Hindia Belanda (sekarang adalah Indonesia) dicukur 6-0 (4-0) oleh tim Hungaria â€" sekali bertanding dan kalah.

Kejadian ini terjadi pada Piala Dunia 1938 di Perancis, yang saat itu memang menggunakan sistem gugur. Artinya, tim Hindia Belanda harus angkat kopor lebih awal. Saya tidak membaca langsung berita itu. Laporan pandangan mata itu disadur sebuah buku sejarah Piala Dunia, terbitan London, Inggris, sekian tahun lalu. Editor buku ini memperoleh datanya sebagian besar dari surat kabar The Times, serta koran lainnya â€" termasuk L’Equipe.

Tapi, apa istimewanya berita itu? Menurut saya, berita itu mengandung informasi yang relatif baru.

Apa pasal? Karena informasi tentang "gaya permainan tim Hindia Belanda" itu belum pernah dipublikasikan oleh media-media yang terbit di Indonesia, setahu saya. Sejauh ini nyaris tidak ada catatan tertulis seperti apa isi pertandingan yang digelar di Stadion Reims, Perancis, 5 Juni 1938, kecuali laporan-laporan yang hanya menyoroti nama-nama pemain -- yang terdiri dari suku Jawa, Maluku, Tionghoa, Indo-Belanda, serta pelatihnya yang asal Belanda, Johannes Christoffel van Mastenbroek.

Laporan-laporan media di Indonesia juga semata menyebutkan bahwa keberangkatan tim ini didukung NIVU, Nederlandcshe Indische Voetbal Unie â€" organisasi sepakbola di bawah naungan pemerintah kolonial Belanda, tetapi tidak "direstui" PSSI. PSSI yang didirikan 8 tahun sebelumnya (1930), dilaporkan tidak mengirimkan para pemainnya. FIFA sendiri lebih mengakui NIVU ketimbang PSSI.

Walaupun akhirnya mengatasnamakan NIVU, toh kehadiran Tim Hindia Belanda pada ajang Piala Dunia 1938, akhirnya dicatat sebagai kehadiran pertama kalinya wakil dari benua Asia.

Semula Jepang yang ditunjuk, namun karena kendala transportasi, negara itu mengundurkan diri. Hindia Belanda akhirnya menggantikannya â€" tanpa melalui ajang kualifikasi piala dunia, yang seperti dipraktekkan sekarang.


Pemain Hindia Belanda saat tiba di Stasiun Den Haag, Belanda, setelah tiba dari Genoa, Italia


Quote:2. Kapten tim seorang dokter

Dalam buku sejarah piala dunia terbitan London itu, disebutkan bahwa para pemain Hindia Belanda, didominasi para pelajar.
“Kapten timnya adalah seorang dokter, yang menggunakan kacamata,” ujar wartawan The Times, saat meliput pertandingan itu.


Pemain Hindia Belanda mengenakan seragam oranye, celana putih dan kaos kaki biru muda

Informasi ini berbeda dengan laporan yang sudah lama sebelumnya, yang menyebutkan mereka adalah para pegawai yang bekerja untuk pemerintah kolonial.

Disebutkan pula, sebagian besar para pemain berukuran tubuh pendek (“Bien trop petits,” kata reporter koran Perancis, yang dikutip The Times). Meski tergolong pendek, imbuhnya, para pemain depan Hindia jago menggocek bola.

"Gaya menggiring bola pemain depan Tim Hindia Belanda, sungguh brilian…,” begitulah laporan koran Perancis L’Equipe, edisi 6 Juni 1938.
“Tapi pemain belakangnya, lemah dalam penjagaan, serta sering terlambat menjegal lawannya.”

Setelah mengalahkan tim Hindia Belanda, Tim Hungaria akhirnya melaju sampai babak final, sebelum ditundukkan tim Italia 2-4 dan tampil kembali sebagai juara dunia dibawah asuhan pelatih legendaris Victorio Pozzo.

Tim Hungaria kala itu diperkuat bintang-bintang pada zamannya, seperti Gyorgy Sarosi, Gyula Zsengeller. Dua orang itu kemudian masuk daftar 3 besar pencetak gol tersubur dalam piala dunia 1938.

Laga tim Hindia Belanda-Hungaria digelar 5 Juni 1938, pukul 5 sore waktu setempat, di Stadion Velodorme, di kota Reims, Perancis â€" sekarang stadion itu diubah menjadi Stadion Auguste Delaune.

Pertandingan ini dipimpin wasit asal Perancis, Roger Conrie, serta dua orang hakim garis Carl Weingartner (Jerman) dan Charles Adolphe Delasalle (Perancis).

Disaksikan sekitar 9,000 orang penonton (menurut catatan resmi FIFA), tim Hungaria menggunakan kostim serba putih, sementara lawannya menggunakan kaos oranye, celana pendek putih dan kaus kaki biru muda.

Quote:3. Bermain terbuka

Menghadapi tim sekuat Hungaria, apakah tim Hindia Belanda memilih bermain bertahan? Pertanyaan ini mungkin ada di benak Anda dan barangkali tidak banyak yang tahu apa jawabannya.

Namun menurut wartawan olah raga Belanda, CJ Goorhoff, yang meliput langsung laga di Stadion Rheims, di babak pertama, Achmad Nawir dan kawan-kawan kurang bisa mengembangkan permainan.

Sehingga, "laga berjalan agak timpang," tulisnya yang dikutip situs geschiedenis24.nl.
"Namun di babak kedua," demikian laporan Goorhoff, "permainan tim Hindia Belanda jauh lebih baik. Mereka bermain terbuka dan berani menyerang."

Usai laga, masih menurut Goorhoff, pemain timnas Hungaria sekaligus salah-satu bintangnya, Gyorgy Sarosi (yang mencetak gol dalam laga ini) mengaku "pertandingan melawan Hindia Belanda, agak berat."
"Dia mengaku tidak menyangka mendapat perlawanan dari tim Hindia Belanda. Banyak kejutan," ungkap Goorhof, mengutip keterangan Sarosi.

"Sarosi juga mengakui bahwa sebagian pemain Hindia Belanda tampil menyulitkan mereka."

Kemudian, Sarosi menyebut sejumlah pemain Hindia Belanda yang disebutnya bermain bagus, yaitu Sutan Anwar, Hans Taihuttu, Tjaak Pattiwael, serta Suwarte Soedarmadjie.

"Kemampuan mereka menyundul bola, beberapa kali mementahkan umpan ke Sarosi dan Toldi, dua pemain depan Hungaria," ungkap Goorhoff.

Kiper Hindia Belanda, Mo Heng Tan, yang kelahiran 28 February 1913, menurut Goorhoff, awalnya tampil kurang percaya diri. "Tapi selanjutnya dia bermain bagus, dan beberapa kali berhasil menyelamatkan gawangnya dari kebobolan."

Quote:4. Mirip kurcaci

Dalam laporannya, Goorhooff menyebutkan pula bahwa tim Hungaria banyak memainkan bola-bola atas, karena rata-rata pemain Indonesia bertubuh pendek.

"Rata-rata tinggi mereka sekitar 160 cm, sementara pemain Hungaria berperawakan tinggi besar," lapornya.

Sejumlah laporan juga menyebutkan, lantaran perbedaan postur tubuh antara kedua tim yang begitu mencolok, Walikota Reims menjuluki Tim Hindia Belanda "mirip kurcaci".
"Saya seperti melihat 22 pesepakbola Hungaria dikerubuti 11 kurcaci," katanya berkelakar.

Sejumlah catatan menunjukkan, para pemain Hindia Belanda, sebagian besar berusia sekitar 25 tahun. Mereka kelahiran antara tahun 1912 dan 1916. Hanya seorang yang kelahiran 1909, yaitu Hans Taihuttu (pemain depan asal klub VIOS Batavia).

Adapun berat badan mereka berkisar antara 65 kilogram sampai 70 kilogram, sedang pemain tertinggi tercatat 178 sentimeter yaitu pemain tengah Frans Meeng (klub VIOS Batavia).

Walaupun demikian, menurut Goorhooff, kehadiran tim Hindia Belanda di Stadion Velodorme, di kota Reims, Perancis, telah menarik perhatian sekitar 9,000 penonton.

"Mereka menarik perhatian dan simpati penonton, karena pemain Hindia Belanda begitu sopan, seperti memberi hormat kepada penonton," ungkapnya.

Selayaknya laga internasional, pemain Hindia Belanda menyanyikan lagu kebangsaan Belanda, yaitu "Het Wilhelmus".

Menurut catatan resmi FIFA, para pemain Hindia Belanda sebagian besar berusia sekitar 25 tahun. Mereka kelahiran antara tahun 1912 dan 1916. Hanya seorang yang kelahiran 1909, yaitu Hans Taihuttu (pemain depan asal klub VIOS Batavia).

Adapun berat badannya berkisar antara 65 kilogram sampai 70 kilogram, sedang pemain tertinggi tercatat 178 sentimeter yaitu pemain tengah Frans Meeng (klub VIOS Batavia). Selain didominasi pemain Batavia (Jakarta), lainnya dari klub Tionghoa Surabaya, SVV Semarang, serta HCTNH Malang.

Quote:5. Di mana mereka?

Sebelum berlaga di ajang Piala Dunia 1938 di Perancis, tim Hindia Belanda berangkat menggunakan kapal laut 'Baluran'.
Mereka meninggalkan Pelabuhan Tanjung Priok pada 27 April 1938, dan tiba di pelabuhan Genoa di Italia, sebulan kemudian, demikian laporan surat kabar mingguan yang terbit di Batavia (Jakarta), Java Bode.

Dikutip situs Java Post, rombongan Achmad Nawir dan kawan-kawan ini kemudian menuju Belanda dengan mengendarai kereta api.
"Disambut hujan gerimis serta ratusan penggemarnya, mereka tiba di stasiun Den Haag pada18 Mei," tulis situs tersebut. Beberapa ratus orang penggemar disebutkan menyambut kedatangan mereka dengan teriakan yel-yel.

Menginap selama sekitar satu bulan di Hotel Duinoord, di Kota Wassenaar, tim Hindia Belanda menggelar sejumlah laga persahabatan antara lain melawan klub asal Den Haag (skor akhir 2-2) dan klub Haarlem (5-3).

Di awal Juni, rombongan ini berangkat ke Perancis, empat hari menjelang pertandingan hidup-mati melawan tim kuat Hungaria.
Usai dikalahkan Hungaria, mereka kembali ke Belanda, dan menggelar laga persahabatan dengan timnas Belanda di Stadion Olimpiade, Amsterdam, pada 26 Juni 1938. Hasil akhirnya? Jangan kaget, 9-2 untuk timnas Belanda!

Akhirnya, setelah tiga bulan berada di Eropa, mereka melakukan perjalanan pulang pada 1 Juli, dalam perjalanan selama tiga pekan, sebelum akhirnya berlabuh kembali di Tanjung Priok.

Setelah 'pesta' Piala Dunia 1938 berakhir, kemana pergi para pemain itu?

Tidak ada catatan yang menunjukkan kiprah mereka selanjutnya, utamanya ketika Belanda harus angkat kaki ketika Indonesia merdeka.
"Tidak jelas kemana mereka," demikian laporan situs yang dikelola di Belanda, Java Post, dalam artikel berjudul Een historische voetbalreis, yang diunggah 23 Maret 2012 lalu.

Hanya saja, demikian situs ini menyebutkan, kiper Mo Heng Tan sempat lulus seleksi untuk memperkuat tim Indonesia dalam laga persahabatan melawan klub dari Singapura pada 1951.

Kisah tragis dialami pemain tengah Frans Alfred Meeng. Menurut situs Java Post, pemain kelahiran 1910 ini ikut tenggelam bersama kapal Jepang Junyo Maru yang ditenggelamkan oleh kapal selam Inggris pada 18 September 1944.

Kapal kargo yang mengangkut para romusha dan tawanan tenggelam di perairan Sumatera.

Quote:Pemain Hindia Belanda di Piala Dunia 1938
  • Kiper: Tan "Bing" Mo Heng (HCTNH Malang), Jack Samuels (Hercules Batavia)

  • Belakang: Dorst, J. Harting Houdt Braaf Stand (HBS Soerabaja), Frans G. Hu Kon (Sparta Bandung), Teilherber (Djocoja Djogjakarta)

  • Tengah: G.H.V.L. Faulhaber (Djocoja Djogjakarta), Frans Alfred Meeng (SVBB Batavia), Achmad Nawir (HBS Soerabaja), Anwar Sutan (VIOS Batavia), G. van den Burgh (SVV Semarang)

  • Depan: Tan Hong Djien (Tiong Hoa Soerabaja), Tan See Han (HBS Soerabaja), Isaac "Tjaak" Pattiwael (VV Jong Ambon Tjimahi), Suvarte Soedarmadji (HBS Soerabaja), M.J. Hans Taihuttu Voetbal Vereniging (VV Jong Ambon Tjimahi), R. Telwe (HBS Soerabaja), Herman Zomers (Hercules Batavia)

  • Pelatih: Johannes Mastenbroek (Belanda)




Sumber

Sumber :http://www.kaskus.co.id/thread/539749e412e2575e1b8b456a

Hosting

Hosting
Hosting

TryOut AAMAI

Hosting Idwebhost

Hosting Idwebhost
Hosting Handal Indonesia

Belajar Matematika SD

Popular Posts

Arsip Kaskus HT

 
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger