(www.kaskus.co.id)
Quote:
===================================
Selamat Datang di Thread ane Gan !
shift + x dulu gan
Spoiler for No Repost
Spoiler for Thanks Cendolnya
Sebelum kita masuk ke pokok pembahasan, buka dulu
Spoiler for sumber + referensi
Kalo bisa sih di wafer dulu gan
Spoiler for vid
disini ane pake referensi buku ini
Spoiler for buk
Change Your Mindset - Carol S. Dweck
(yang mau e-booknya silahkan VM ane alamat email agan, nanti ane kirimin UPDATElink download (drive.google.com)
Berbicara tentang pikiran dan psikologi manusia, emang ga bakalan abis buat di kupas tuntas. Tingkat kerumitan dari cara kerja otak yang amat tinggi salah satu penyebabnya. Tapi... apa bener karena 'kerumitannya' itu pula, kita jadinya suka 'ngeribetin' hal-hal yang sebenanrya sepele, dan suka 'ngerasa ga mampu' terhadap hal-hal yang keliatannya mustahil buat dikerjain?
misal deh ambil contoh. sekarang ane minta agan ngelakuin -->
Quote:
Belum apa apa, pasti ada beberapa diantara agan sekalian tanpa disadari hatinya bergumam:
Quote:"Ah, ga mungkin banget tuh, ane ga bakat gambar dari kecil"
"Ah, ane orangnya gampang capek, mana bisa kuat push up"
"Otak ane payah, mustahil kalo buat ane bisa hafal secepat itu"
Okedeh ganti deh. Sekarang ane pengen nanya, kira-kira agan sanggup nggak, ngelakuin persis kayak orang-orang dibawah ini
Spoiler for A
Lari 100 meter dalam waktu 9,58 detik kayak Usain Bolt
Spoiler for SBikin buku Best Seller Kayak Andrea Hirata
Spoiler for D
Bentuk otot kayak Deddy Corbuzier
Spoiler for FDuduk Split kayak orang inisumber (mutiaagustin24.blogspot.com)
Spoiler for GHafal Al-Quran kayak Hafidz inisumber (atjehpost.com)
Spoiler for HBikin Thread sampe tembus HT kayak gini
-------------
Sekarang kita mendapatkan benang merah disini.
Quote:Apa bener, keahlian itu asalnya dari bakat aja? Bener ga sih mau usaha segimana apapun juga, kemampuan kita pasti bakal mentok? Kenapa ada orang yang bisa melakukan sesuatu, tapi kita ga bisa? Kenapa kita kebanyakan terlalu banyak beralasan 'ga bisa lah', 'ga ada bakat lah'? Kenapa gue ga bisa gambar tp dia malah jago banget? Kenapa bisa tercipta Winner dengan Loser? Kenapa ada yang jago main piano ada yang nggak? Kenapa Ada yang main bolanya expert ada yang nggak? Kenapa Ada yang bisa bahasa inggrisnya lancar ada yang kagak sama sekali? Dan kenapa orang bisa Kaya, dan lainnya Miskin? Dan kenapa juga kita dengan mudahnya memandang diri kita jika kita ga bakalan mampu? Dan kenapa kita ga bisa mendapatkan hasil memuaskan padahal udah berusaha amat keras? Kenapa kita ga bisa seberuntung mereka?
Terus kalo emang kayak gitu realitanya, kenapa sampe saat ini ga ada yang protes sama Tuhan kalo Tuhan itu Ga adil, kasih orang lain kelebihan sedangkan diri sendiri sama sekali ga dapet. Atau jangan2 protes kepada Tuhan sebenarnya sudah dijalankan oleh mereka yang kecewa, entah itu melanggar perintahnya, bahkan sama sekali tak percaya adanya Tuhan?
Fixed Mindset vs Growth Mindset
Menurut Ibu Carol, Mindset di dalam diri manusia tuh ada dua gan. dan kita bisa pilih salah satunya. Mindset tetap (Fixed Mindset) dan Mindset berkembang (Growth Mindset). Keduanya sebenarnya memiliki karakteristik masing-masing. Fixed dengan 'Kekakuannya', sedangkan Growth dengan 'Fleksibilatasnya'
Spoiler for studi kasusAmbil satu studi kasus fiktif. Andi mendadak terkenal setelah mendapatkan juara 1 Olimpiade Kimia tingkat Provinsi. Diketahui nilai Andi adalah nilai yang sempurna, pertama kali dalam sejarah. Semua orang di sekolah sangat mengenalnya dan mengelu-ngelukannya. Dari OB hingga Kepsek pun memiliki harapan dan ekspetasi yang tinggi terhadap Andi: Mendapatkan Medali Emas di OSN sehingga mengangkat nama sekolah. Andi pun belajar sungguh-sungguh. OSN pun telah datang. Ternyata alih-alih mendapatkan Medali Emas, Medali perunggu pun tidak, bahkan Andi tak kelihatan namanya di 100 peringkat terbaik nasional. Andi tak percaya dengan apa yang terjadi. Semua orang mendadak kecewa. Kepsek pun kecewa teramat dalam karena menaruh ekspetasi terlalu berlebihan pada Andi. Tepat saat itu juga Andi bisa memilih DUA PILIHAN yang akan menentukan akhir hidupnya.
Fixed Mindset = Andi frustasi. Ia menyalahkan dirinya sendiri. Ia merasa memang Kimia bukanlah bakatnya. Perlahan ia membenci pelajaran Kimia, yang telah membuat ia dipermalukan di sekolah. Padahal dulu ia sangat menyukai Kimia, karena orang-orang mengatakan kepadanya "Kamu bakat di Kimia bro! Kamu memang jagonya". Ia merasa, ketika ia melakukan kesalahan, ia langsung menganggap dirinya memang tak berbakat dan jalannya bukan disitu. Akhirnya, ia yang mantan juara Olimpiade provinsi tak lulus UN gara-gara ujian kimianya Nilai 1. Tanya Kenapa?
Growth Mindset = Andi kecewa. Tetapi kekecewaannya itu tak berlarut-larut. "Ini bukanlah akhir dari segalanya. Aku harus belajar dari kesalahan" ia berkata dalam hatinya. Ia bertekad akan membalas kekalahannya di kemudian hari, walaupun dengan jalan yang berbeda. Ia semakin giat belajar dan belajar. Kemampuannya terus berkembang. Hingga pada akhirnya ia mendapatkan beasiswa di M.I.T.
Kemudian Ibu Carol memberikan pertanda jika seseorang masuk Mindset yang mana. Ane kutip langsung dari bukunya ya gan
Spoiler for Fixed vs Growth
Anda Bermindset Tetap jika
Quote:Memandang Bakat dan Kemampuan Anda Tak Berubah
Merasa Anda adalah Anda yang Sekarang
Menganggap Kecerdasan dan Bakat Anda Tak Akan Berubah
Meyakini Takdir Anda hanyalah menjauhi Tantangan Dan Kegagalan
Anda Bermindset Berkembang Jika
Quote:Memandang Diri Anda Tak Tetap, sebuah karya yang terus berkembang
Meyakini Takdir Anda adalah hidup berpelangikan perkembangan dan pemanfaatan peluang
Daaaaannn Inilah Dia! Perbedaan Mendasar antara orang yang pikirannya Fixed sama orang yang pikirannya Growth:
Spoiler for 1
Growth Mindset
Ia dapat mengendalikan rasa takut terhadap tantangan dan rintangan yang akan dihadapinya. Ia tidak menghindar, jika ada permasalahan yang teramat sulit. Malahan ia belajar dari masalah tersebut. Jika ia melakukan kesalahan, ia mengambil hikmah dari peristiwa tersebut dan menjadikannya pengalaman yang amat berharga
Fixed Mindset
Setiap ada tantangan yang datang kepadanya, ia akan sebisa mungkin menghindar. Ketakutan ia adalah hilangnya Status Quo. Ia lebih memilih menghindar hal yang sulit, atau mengerjakan hal yang mudah-mudah saja agar ia terlihat 'sempurna' tak melakukan kesalahan sedikitpun. Ia tak akan membiarkan perasaan 'Ane Jagonya dibidang blablabla' terusik sedikitpun gara-gara tantangan yang penuh dengan resiko. Bahasa gampangnya mah gengsian kali yaa.
Spoiler for 2
Growth Mindset
Jika ia menghadapi kesulitan, ia tak serta merta menyerah pada percobaan pertama. Ia akan terus mencoba dan mencoba hingga berhasil mengatasi hambatan. Mereka adalah kaum yang percaya yang menentukan limit dalam diri adalah mereka sendiri, dan mereka adalah kaum yang menempatkan dirinya Beyond the Limit, tentunya dengan usaha dan kerja keras
Fixed Mindset
Ketika ia merasa masalah dan tantangan yang dihadapinya terlalu sulit, ia menyerah dengan begitu mudahnya, tanpa adanya usaha yang ngotot. Karena ia menganggap ia tak mampu, ia tak bisa. ia ga bakat. Sayangnya ia lupa, jika semua manusia di muka bumi ini berawal dari ketidakmampuan sebelum menjadi besar dan sukses.
Spoiler for 3
Growth Mindset
Usaha, usaha, dan Usaha! Kerja keras adalah menu wajib bagi mereka yang ingin menjadi expert di bidang yang ditekuninya. Berdarah-darah, jatuh bangun dari kegagalan. Yah itulah satu-satunya jalan menuju kesuksesan. Baik itu Cinta, Bisnis, Olahraga. Semuanya butuh usaha.
Fixed Mindset
Mereka mengagungkan bakat adalah segalanya. Semua parameter mereka gantungkan pada bakat. Misalkan si Fulan merasa berbakat dengan Bulutangkis. Karena ia sudah 'berbakat', ia merasa tak perlu melatih diri dengan begitu keras karena memang ia sudah berbakat. Nahas, ia mengalami kekalahan dalam satu turnamen . Karena kekalahannya tersebut, ia merasa Bulutangkis bukanlah bakatnya. Ia mulai mencari lagi. Dan siklus kembali terulang. Ia gagal. Kesalahan ia? Ia tidak tahu jika Tuhan tidak memberikan kesuksesan mentah-mentah (maksudnya hanya mengandalkan genetik dan bakat semata)
Spoiler for 4
Growth Mindset
Kritik yang datang, ia kelola, ia pilah mana yang bisa membangun dan mengintrospeksi dirinya. Justru dari kritik inilah mereka menjadi berkembang dan terus berkembang. Mereka berpikiran terbuka.
Fixed Mindset
Kritik = Ancaman. Ya, kritik sama saja artinya dengan pernyataan 'meragukan kemampuan' mereka. Dan mereka tidak suka diragukan seperti itu. Alih-alih mendengarkan feedback, mereka memilih tak menghiraukan kritik tersebut, membiarkannya seperti angin lalu. Mereka tak ingin predikat baik yang telah melekat hancur gara-gara kritik. Mungkin rasa egonya terlalu besar gan.
Spoiler for 5
Growth Mindset
Mereka banyak belajar dari kesuksesan orang lain, mempelajari dan terinspirasi dari cara menggapai sukses, bagaimana menghadapi tantangan dan menyelesaikannya, dan banyak hal inspiratif yang penuh dengan hikmah.
Fixed Mindset
Alergi dan Siaga penuh jika ada teman atau kenalannya yang sukses duluan darinya. Alaaahhh, bisa-bisa gue udah ga dianggep lagi nih sama orang lain!
Spoiler for 6
Dan sebagai hasilnya, orang-orang dengan Growth Mindset dapat meraih Level yang paling tinggi terhadap pencapaian. Semua bakat dan kemampuannya telah terasah dan mumpuni. Jadilah kesuksesan tanpa batas bagi mereka. Sebaliknya, orang-orang dengan Fixed Mindset hanya mampu meraih kemampuan di bawah kemampuan potensial aslinya.
Spoiler for 7
Jadi, mindset agan termasuk yang mana saat ini? Dan bersiapkah mengganti mindset yang sedang anda gunakan saat ini?
UPDATE
Pujian Terhadap Kecerdasan/Bakat vs Pujian Terhadap Usaha
Ada sebuah survei yang dilakukan terhadap 400 anak-anak di Amerika Serikat. Lembaga tersebut mengacu kepada buku Change your Mindset, yang membagi Mindset menjadi 2, Fixed Mindset (Menganggap Bakat/Kepintaran adalah segalanya), dan Growth Mindset (Menganggap Kegigihan adalah kunci dari semua masalah) Survei tersebut dilakukan untuk mengetahui efek pujian terhadap kinerja dan pola pikir anak-anak tersebut. Survei tersebut adalah
Spoiler for 1
Memberikan tes mudah kepada semua anak-anak
Spoiler for 2
Kemudian mereka dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok yang pertama kita sebut dengan "Intelligence", mereka dipuji berdasarkan kepintarannya "Kamu harus pintar dalam hal ini". Lalu kelompok yang kedua "Effort", mereka dipuji berdasarkan usahanya "Kamu harus bekerja keras dalam hal ini"
Setelah itu mereka diberikan dua pilihan tes yang akan dikerjakan. Versi yang sulit, atau versi yang mudah.
Dan hasilnya adalah, 67 persen dari kelompok Intelligence memilih Pilihan soal mudah, dan 92 persen dari kelompok Effort memilih Pilihan soal sulit
Spoiler for 3
Setelah itu, semua anak-anak diberikan soal yang mustahil dapat diselesaikan. Tetapi, ada perbedaan dari kedua kelompok dalam menyikapi soal tersebut
Kelompok Effort terlihat bekerja keras, tekun, dan menikmati 'usahanya' dalam mengerjakan soal
Sedangkan Kelompok Intelligence kebanyakan merasakan frustasi dan menyerah lebih cepat dari Effort.
Spoiler for 4
Akhirnya pada akhir sesi mereka diberikan tes yang sama mudahnya seperti test yang pertama. hasilnya adalah kelompok Intteligence mengalami penurunan kinerja sebanyak 20%, sedangkan kelompok Effort terjadi peningkatan 30%
Spoiler for 5
akhirnya didapatkan konklusi, jika dalam memuji orang lain, khusunya terhadap anak-anak, jangan memuji sesorang karena kepintaran dan keahliannya. Pujilah mereka karena proses dan kegigihannya. Mengapa begitu? Jika kita memuji kepintarannya, si anak tersebut berpikir bahwa ia itu pintar, dan bagaimanapun caranya predikat pintar harus terus melekat dalam dirinya, akibatnya ia tak mau melakukan kesalahan dan tak ingin mengerjakan tantangan yang ia rasa sulit. Sebaliknya, orang yang dipuji kegigihannya, ia akan semakin terpacu untuk terus berusaha dan berusaha, tak peduli tantangan tersebut sangat sulit. Walaupun mereka melakukan kesalahan tak menjadi masalah bukan? Karena kesenangan mereka terletak pada prosesnya.
Quote:Sumber Gambar : capture video youtube di bagian atas, gambar google.com dengan kata pencarian "Carol S. Dweck".
Sumber :http://www.kaskus.co.id/thread/53e654ac12e257ef3e8b4610