Home » » Cerita Miris Para Veteran Perang RI

Cerita Miris Para Veteran Perang RI






Kisah-kisah nestapa veteran perang RI
Sebelum Lebih Jauh Lagi jangan Lupa

lalu klik emot dibawah untuk cek No Repost


Spoiler for HT

Terima Kasih Semuanya Telah Menjadikan Thread ini Hot Thread
Semoga Bermanfaat


Quote: INTERMEZO DULU



Letkol (Purn) Sara (87), seorang veteran perang dan keluarganya harus menerima perlakukan yang tak mengenakkan dari Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) saat menghadiri Hari Ulang Tahun Veteran tahun ini. Salah satu Paspampres membentak istri Sara, Setyaningsih saat telat datang ke lokasi acara di Gedung Veteran, Balai Sarbini.

Setyaningsih dibentak saat menjelaskan alasan dirinya dan suaminya telat hadir dalam acara yang dihadiri Presiden Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Setelah SBY selesai berpidato, barulah pejuang tua ini diizinkan masuk ke ruang pertemuan.

Kisah pilu yang dialami Sara, merupakan satu di antara bentuk nestapa yang diterima salah satu veteran perang. Masih banyak kisah nestapa yang dialami veteran perang lainnya.

Salah satu nestapa yang dialami veteran ini, salah satunya adalah, di masa tuanya, kehidupan mereka kerap memprihatinkan. Salah satunya seperti yang dialami Mawardi (87), yang harus menghabiskan sisa hidupnya di rumah reot yang ada di Gang Gintar, Jalan Lembaga Pemasyarakatan, Tanjung Gusta, Sunggal, Deliserdang, Sumatera Utara.

Di dalam rumah kontrakan berukuran 4x6 meter tersebut, Nawardi mengaku sudah tinggal selama 13 tahun. Bersama dengan istrinya, Sarinah (52), Mawardi harus terbiasa menghadapi banjir setiap kali hujan turun.

Berikut Kisah-kisah nestapa veteran perang RI:
Yuk Langsung Ke TKP


Quote:
Quote: 1.Duka veteran Seroja kehilangan anggota tubuh

Spoiler for Ilustrasi
Quote:Kolonel (Purn) M.R. Ronni Muyawa (65) selalu bersemangat bercerita tentang Operasi Seroja, di Timor Timur (sekarang Timor Leste) yang diikutinya pada 1975-1978. Baginya, operasi militer yang kontroversi adalah salah satu pengalamannya sebagai tentara. Operasi militer itu juga menurutnya, juga adalah babak baru kisah hidupnya.

"Lengan atas tangan saya yang kiri tertembak saat turun setelah pertempuran di Gunung Matabean. Tangan saya tidak dapat diselamatkan dan harus diamputasi," kata Ronni saat ditemui merdeka.com di Kompleks Seroja, Bekasi, Jawa Barat, pada Jumat (4/10).

Ronni menjelaskan, saat itu, pasukan ABRI pada akhir 1978 bisa mendesak pasukan Fretilin (Frente Revolucionria de Timor-Leste Independente) -gerakan yang berjuang untuk kemerdekaan Timor Timur- dipukul mundur hingga ke Gunung Matabean. Gunung itu adalah benteng terakhir pertahanan Fretilin.

"Sebelumnya anggota Yonif 328 hilang di kawasan itu. Medannya sulit. Kuda yang ikut naik, juga bisa mati di kawasan itu," ujar Ronni.


Quote:
Quote: 2.Tidak punya uang, anak veteran ini mengemis untuk bisa makan

Spoiler for Ilustrasi
Quote:Pasca tumbangnya Orde Lama hingga enam kali Presiden RI berganti wajah, nasib veteran BKR Laut, Letnan dua (Letda) Soegeng Setijoso dan istrinya Astusti, yang juga veteran Palang Merah Indonesia (PMI), begitu miris. Dengan uang pensiun yang tak seberapa, keduanya menghidupi empat anak yang mengalami keterbelakangan mental.

Mendengar informasi ini, merdeka.com makin tergelitik untuk mencari tahu kehidupan sepasang veteran perang kemerdekaan tersebut. Setelah hampir seharian mencari informasi keberadaan keduanya, akhirnya diketahui kalau mereka tinggal di Jalan Kalibokor Kencana II/12, Surabaya, Jawa Timur.

Di sebuah gang sempit yang hanya cukup untuk dilalui dua kendaraan roda dua saja itu, keduanya tinggal. Sebelumnya, tak ada yang tahu kalau Soegeng dan Astuti adalah bekas pejuang kemerdekaan. Mereka hanya dikenal sepasang tua yang memiliki empat anak dengan keterbelakangan mental.

Sayangnya, saat ditemui Letda Soegeng sudah almarhum. Dia meninggal sejak enam tahun silam. Dan tinggalah Astuti dengan empat anaknya. Dia hidup dari uang pensiunnya yang tak seberapa. "Pak Soegengnya sudah meninggal enam tahun lalu. Sekarang ya tinggal istrinya sama satu orang anaknya. Dua anaknya lagi dititipkan di Liponsos, satunya lagi sudah meninggal saat berada di Liponsos," kata istri Ketua RW VII Kalibokor Kencana, Nur.

Diceritakan Nur dan beberapa warga setempat, dulu sebelum Soegeng dan Astuti diketahui sebagai mantan pejuang kemerdekaan, mereka tinggal di gubuk reot. Baru dua tahun lalu, tepatnya pada 2011, rahasia mereka sebagai veteran perang terbongkar. Saat itu, Soegeng sudah wafat.

"Mereka hidup susah. Bahkan, untuk makan saja susah. Pernah suatu ketika, mereka sudah tidak punya uang untuk makan. Empat anaknya berada di depan rumah sambil membawa rantang plastik meminta makan kepada setiap orang yang lewat," kata Nur bercerita.

Kejadian yang tak pernah terjadi saat mendiang Letda Soegeng masih hidup itu, makin membuat warga sekitar bertanya-tanya. Bahkan, kondisi rumah milik veteran perang itupun tampak kumuh. Kotor dan bau yang sangat menyengat hidung tetangga kanan kiri, juga bagi siapa saja yang lewat di depan rumah.

Ketua RW yang diminta untuk mengecek kondisi dan mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di dalam rumah itu, akhirnya menuruti permintaan warganya. "Sekarang, sudah bersih. Dulu, jangankan mau masuk rumah, lewat di depan rumahnya saja, nggak kuat. Baunya minta ampun. Mulai bau kotoran sampai bau kencing. Pokonya pingin muntah kalau mau lewat di depan rumahnya," terang warga sekitar.

"Ya bagaimana tidak bau, wong ketika saya masuk rumahnya itu, waduh, sampah bekas bungkus makanan sudah penuh satu rumah. Mereka kencing di situ, buang air besar juga di situ, bahkan dioles-oleskan ke dinding juga. Tidak pernah mandi juga. Ya mau gimana lagi, wong mentalnya kayak begitu. Ibunya juga sudah tua," sahut Nur.

Mengetahui kondisi yang amat parah itu, Nur meminta bantuan kelurahan dan pihak kecamatan, yang akhirnya ikut datang ke gubuk almarhum Soegeng dan Astuti. Bahkan, para perangkat kampung juga membawa dokter dari puskesmas setempat untuk memeriksa kondisi kesehatan seisi rumah.


Quote:
Quote: 3.Rumah kontrakan veteran banjir setiap hujan

Spoiler for Ilustrasi
Quote: Setiap hujan turun, Mawardi (87) dan Saniah (52) sudah mengamankan barang-barang yang bisa rusak jika terkena air ke tempat lebih tinggi. Setiap hujan turun, rumah kontrakan yang disewa Mawardi selalu terendam banjir.

"Saya sudah 13 tahun tinggal di sini, setiap hujan deras airnya masuk, terutama dari belakang," kata Mawardi kepada merdeka.com (4/10/2013).

Rumah yang didiami Mawardi berukuran sekitar 4x6 meter--sebenarnya lebih mirip gubuk di sawah. Di tengahnya cuma ada satu kamar yang terbentuk dari sekat teriplek. Hanya bagian depan rumah berdinding papan. Bagian lain ditutupi tepas, tapi tak rapat lagi sehingga banyak cahaya masuk dari celah-celah anyaman.

Rumah yang disebut warga sekitar sebagai gubuk itu disewa Mawardi Rp 150 ribu per bulan. Harga itu belum termasuk biaya listrik. Mawardi diakui negara sebagai veteran mulai 1981. Sejak itu dia mendapat sejumlah piagam penghargaan.

Di baju veteran yang dikenakannya terdapat Lencana Cikal Bakal Tentara Nasional Indonesia. Piagam untuk penghargaan itu ditandatangani presiden ketiga Indonesia BJ Habibie.

Berbagai penghargaan diperoleh Mawardi karena dia ikut berjuang semasa di Banyumas, Jawa Tengah. Saat diminta bercerita tentang perjuangan itu, pria renta ini begitu bersemangat.

"Jepang yang ajari aku berperang. Baris berbaris, pakai bambu runcing dan nyanyi lagu Jepang. Habis bom atom, Belanda masuk, baru kita gerilya. Belanda kuatnya siang, kita kuatnya malam, tapi waktu itu kita dibantu dengan ilmu sirep," katanya berkisah.

Meski ikut berjuang, Mawardi termasuk salah seorang veteran kemerdekaan yang kurang beruntung. Hingga hari tuanya dia belum memiliki rumah. "Dulu pernah ada yang bilang akan membantu, saya disuruh siapkan pengantar dan surat lain, untuk dapat rumah veteran. Setelah semua selesai, orangnya tidak datang lagi," ujarnya.

Gaji veteran sebesar Rp 1,2 juta per bulan yang diterima Mawardi hanya cukup untuk kebutuhan makan keluarga. Bahkan, dia terkadang terpaksa bekerja sebagai tukang rumput di Kompleks BTN Tanjung Gusta untuk mendapatkan uang tambahan.


Quote:
Quote: 4.Veteran sudah tua dan loyo, belum juga sejahtera

Spoiler for Ilustrasi
Quote:Paguyuban Keluarga Pelajar Pejuang Kemerdekaan Kedu Selatan, ex Tentara Pelajar TNI Brigade 17, menggelar silaturahmi di Jakarta. Salah satu hal yang dikeluhkan para prajurit tua ini soal kesejahteraan sebagian besar anggota yang tak juga diperhatikan pemerintah.

"Informasi dari DPP Legiun Veteran RI kini jumlah anggota yang dianugerahi gelar veteran RI berjumlah sekitar 300.000. Yang telah mendapat dana kehormatan baru 130.000, sisanya masih dalam proses 'katanya'," kata Ketua Paguyuban tersebut Imam Soebachi kepada merdeka.com, Minggu (27/10).

Menurut Imam, saat ini kondisi para veteran yang dulu berjuang saat perang kemerdekaan, sudah sangat lanjut. Mereka rata-rata berusia di atas 80 tahun.

"Kita sudah loyo. Sudah pasrah. Pada para pejabat kita sudah bosan minta-minta," kata dia.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pernah berbicara di depan Kongres Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) 9 Oktober 2012. SBY menjelaskan dengan UU Veteran no 15 tahun 2012 yang baru, diharapkan veteran RI lebih terjamin kesejahteraannya. Sayangnya UU ini tak diikuti tindakan nyata pemerintah.


Quote:
Quote: 5.Galaknya Paspampres larang veteran masuk saat SBY pidato

Spoiler for Ilustrasi
Quote:Letkol (Purn) Sara (87), seorang veteran perang dan keluarganya harus menerima perlakukan yang tak mengenakkan dari Pasukan Pengawal Presiden (Paspampres) saat menghadiri Hari Ulang Tahun Veteran tahun ini. Salah satu Paspampres membentak istri Sara, Setyaningsih saat telat datang ke lokasi acara di Gedung Veteran, Balai Sarbini.

"Jangan berisik Bu!," tegas salah seorang Paspampres yang menjaga pintu tersebut, Senin (11/8).

Setyaningsih dibentak saat menjelaskan alasan dirinya dan suaminya telat hadir dalam acara yang dihadiri Presiden terpilih, Joko Widodo tersebut.

"Rumah saya di Kramat tadi macet. Bapak juga sudah tidak bisa naik tangga jadi kita muter dulu naik lift," jelas Setyaningsih.

Saat menunggu diperbolehkan masuk, Sara menceritakan perjuangannya membela Indonesia. Hanya bermodal bambu runcing, Sara dan pejuang lainnya mencoba melawan penjajah.

"Dulu saya masuk Hizbulloh, saya melawan Belanda. Mereka bom desa, rakyat kocar kacir. Saya ditelanjangi, mereka pakai senjata, saya cuma bambu runcing, kami lari ke sawah-sawah dikejar," cerita Sara yang juga melawan pasukan Kartosuwiryo ini dengan suara bergetar.

Setelah SBY selesai berpidato, barulah pejuang tua ini diizinkan masuk ke ruang pertemuan.


Quote:
Quote: Pesan TS

Quote:Ini hanaya sebagian kecil kisah yang harus vetaran hadapai di masa tua . masih banyak yang belum terekspos media. Jangan pernah lupakan jasa mereka . tanpa mereka entah jadi apa Indonesia ini. Mereka melawan penjajahan yan sangat nyata untuk memerdekakan Indonesia. Giliran kita melanjutkan perjuangan mereka untuk membuat Indonesia Sejahtera
Bukankah Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya




Kalo suka timpuk ane

Klik cendol untuk memberi TS cendol
Jangan lupa

TS sangat menolak







Quote:
THREAD INI DIDUKUNG OLEH Klik Banner Untuk Mampir Ke Markas Kami

Sumber :http://www.kaskus.co.id/thread/53eeabd55a51631f298b4608

Hosting

Hosting
Hosting

TryOut AAMAI

Hosting Idwebhost

Hosting Idwebhost
Hosting Handal Indonesia

Belajar Matematika SD

Popular Posts

Arsip Kaskus HT

 
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger